Mencoba membaca tiap cermin jiwa yang hadir, dan merangkainya menjadi tutur indah nan menggugah.
Kamis, 25 Desember 2014
Hafalan Surat Si Evi
Selasa, 16 Desember 2014
Sholeh dan Santrinya (Mencium Cewek?)
Sholaatulloh salaamulloh
'Ala thoha Rosuulillah
Sholaatulloh salaamulloh
'Ala yaasiin habibillah
Anak sholeh rajin mengaji
Tingkah lakunya sopan terpuji
Anak sholeh tak suka menyakiti
Rajin ibadah suka memberi
Selasa, 09 Desember 2014
Rahasia Rejeki
Senin, 08 Desember 2014
Ketika Rindu Tak Berpintu
Tahukah engkau, butiran-butiran rindu yang mengembun di talas hati? Setelah semalaman tadi rintik.
Berseluncur ke sana kemari, dalam diamnya otak kiri.
Tahukah engkau, bagaimana cara ia menggigilkan hati? Sungguh, tak mampu ditelan ainku.
Sepurnama tadi ... Lebih dari selaksa puja pada-Nya, terapal indah. Hanya untuk mengalirkan renjanaku, pada tempat seharusnya dan menghitamkan bayangmu di pekat malam.
Lantas, sepi dan beku tetap memenjarakan semua inginku.
Adakah engkau tahu?
Cara lain mengatasi ini?
Karena aku terlalu jengah dengan balada laba-laba bermuka dua.
Ia mengejekku melalui denting jaringnya. Mengalunkan nada-nada sendu. Membuat bayangmu tak kunjung keruh.
Kini, haruskah aku memaki benang merah? Yang menautkan ain kita di purnama kedua belas?
Ataukah engkau berkenan, mengautkan segala yang tercerai dari hati ini?
Menyusunnya menjadi pintu, untuk kubuka dan merengkuh kembali sabitmu yang telah pergi.
Atau dengan terpaksa, biarkan aku beramnesia. Agar semua perih itu gugur bersama mimpi indah masa lalu. Hingga aku mampu, menatap seminya harapan baru di ujung pagiku, yang sendu.
AM. Hafs
Malang, 08 Desember 2014
Jumat, 05 Desember 2014
Pengaruh Orang Tua Terhadap Salat Si Anak
Aku salut pada perkembangan sikap David. Bagaimana balita bisa menjalankan salat lima waktu dengan lengkap. Meski terkadang ada rasa malas yang muncul di dirinya, namun tak butuh dua kali perintah untuk membuatnya mendirikan sholat. Bahkan tak jarang pula, dia yang mendahului dengan bertanya, "Bu, sekarang salatnya berapa kali?" yang maksudnya berapa rakaat.
Semua tak lepas dari didikan orang tua dan lingkungannya. Di rumah ini semua orang terdekatnya mengerjakan sholat. Sehingga, ketika dia tidak mendirikan salat, ada perasaan malu yang muncul.
Hal itu juga menjadi pembuktian, sebuah teladan lebih dahsyat dari kata-kata.
Di sudut rumah yang lain pernah kutemukan, bagaimana sulitnya menyadarkan seorang anak bahwa salat lebih dari kewajiban.
Hari Jumat adalah jadwalku mengisi musala di samping rumah. Ada sekitar 15 anak dan remaja yang tiap sesudah magrib hadir menuntut ilmu.
Hari itu, kuceritakan tentang pengetahuan salat. Terutama bagi mereka yang telah remaja. Pada kesempatan itu, aku bertanya pada seorang anak kelas 7 SMP, "Sehari salat berapa kali?"
Dia tersenyum, cengar-cengir sebelum akhirnya menjawab, "Dua kali, Mas."
"Magrib Isya saja?" Aku mencoba menebak.
"Hehe, iya."
"Duhur enggak?" dia hanya tersenyum, "pulang sekolah jam berapa?"
"Jam 1, Mas."
"Langsung kemana? Maen?"
Dia menunduk dengan senyum malu-malu.
"Salat dulu to, Le. Baru maen. Sudah kelas tujuh lo kamu. Coba mulai besok salat, ya?"
"Hehe, malu, Mas?" Jawabnya sambil menggaruk kepala.
"Lho, kok malu?" Aku heran.
"Orang tuanya gak ada yang salat, Mas." Seorang anak yang masih sepupunya menyahut.
"Eh?" Aku terdiam. "Yawes, kalau malu salat di rumah, coba kalau sekolah bawa sarung. Di sekolahmu ada musala kan? Pulang sekolah mampir dulu ke situ, salat. Jangan lupa juga doakan orang tuamu. Kasihan, Le. Mulai besok sanggup ya? Jumat depan kucek lagi."
Begitulah, yang satu malu ketika tidak mendirikan salat. Satunya lagi sebaliknya. Semoga bisa diambil hikmahnya.
AM. Hafs
Malang, 05 Desember 2014
Selasa, 02 Desember 2014
Buku Berpenyakit Hati
Senin, 01 Desember 2014
Keutamaan Anak Zaman Dulu
Hanya Celoteh Kecil, Cukup Dilirik Saja
Di putaran ini, beberapa orang telah merengkuh mimpi. Sedang aku masih berkutat dengan segala keluh. Menatap hal-hal yang sebenarnya lebih baik diabaikan.
Ada yang bilang aku tengah mengepak sebagai kupu-kupu. Kupu-kupu macam apa? Yang kulihat masih bayang semu. Semua hitam yang melekat mengaburkan pandangan. Hingga kadang aku tersesat pada bunga semu dunia.
Rabu, 26 November 2014
Sahabat
Minggu, 23 November 2014
Alasan Wudhu Sebelum Tidur
Kamis, 20 November 2014
Kisah Ulama Dahulu
Hari ini memperoleh cerita tentang masa lalu Mbah Mansur, pengasuh pondok Darul Ulum Asy-Syar'iyah di Daerah Jolotundo, Mojokerto.
Beliau mondok selama 25 tahun. Meninggalkan seorang istri dan dua orang anak. Sewaktu mondok di Syekh Mahmud Cirebon, Syekh mengabarkan jika putranya Si Mbah, yang waktu itu umur 5 tahun meninggal, Padahal Keluarga Si Mbah ada di Jombang dan waktu itu belum ada sarana telekomunikasi seperti sekarang. Itulah karomah Syekh Mahmud.
Pada waktu itu, Syekh Mahmud menawarkan agar Mbah Mansur pulang terlebih dahulu. Tapi beliau menolak. Lebih memilih menyelesaikan ilmunya.
Kisah ini mirip dengan cerita Syekh Muhammad Dimyathi, Cidahu, Banten. Biasa dipanggil Abuya Dimyathi. Suatu hari salah seorang putra beliau meninggal. Karena saking takutnya putra yang lain tidak berani membawanya ke hadapan Abuya. Hingga tiba saat mengaji, Abuya bertanya, "Mana Jayid?"
"Tidak ada," jawab salah seorang putra beliau.
"Tidak ada? Kemana?"
"Meninggal"
"Oou Mati, Yawes ngaji dulu." Diceritakan oleh guruku yang waktu itu mondok di sana. Beliau melanjutkan aktifitas ngaji sebagaimana biasa. Tanpa terlihat ekspresi kesedihan. Esok harinya, setelah pemakaman, malamnya tahlil sebentar dan mengaji lagi. Seolah tidak ada kata libur. Abuya sendiri, sakit separah apapun, beliau akan tetap mengaji. Sungguh, akhlak ulama terdahulu. Pondok abuya sendiri dianggap sebagai tingkat S2nya pesantren. Bahkan dunia kepesantrenan sempat geger, gara-gara Abuya mengajarkan Al-Umm, kitab legendaris karangan Imam Syafi'i.
Kembali ke Mbah Mansur. Sewaktu bercerita, beliau sempat menangis tersedu lama. Penyebabnya adalah karena beliau ingat salah salah seorang rekannya, Mbah Dol. Yang masyhur terkenal sebagai wali. Makam Mbah Dol di daerah pandaan. Mbah Mansur menangis karena beliau merasa malu, karena tidak bisa melakukan apa yang dilakukan Mbah Dol semasa hidup. Mbah Dol yang semasa hidupnya mengemis, ternyata itu adalah cara beliau menghabiskan rasa malu terhadap manusia. Lantas, semua rasa malu itu beliau berikan kepada Allah. Ya, hanya rasa malu kepada Allah yang akhirnya dimiliki Mbah Dol. Memang dan sering, corak kehidupan para wali tak bisa diterima akal sehat. Sebabnya satu, karena maqam kita takkan sampai memahami keluhuran maqam mereka.
AM. Hafs
Beginilah Aku Menyikapi, Perih
Di fajar ini, aku tertegun. Memikirkan dia, yang terkadang masih menari di antara perihku. Bukan perih karena dia pergi, tapi perih melihat caranya mengobati hati. Berloncatan dari hati ke hati. Andai dia tahu, seberapa kali pun dikejar, cinta semu akan tetap menipu.
Sedikit terbesit tanya, apa cintanya begitu dalam padaku? Hingga untuk menghapusnya, sampai harus mencari hati yang baru. Namun, tak bisa dipungkiri, tiap manusia memang mempunyai cara yang berbeda, untuk menyikapi hidup.
Sahabat, daripada mengejar cinta semu yang baru, aku lebih memilih mengejar mimpi dan cita-cita. Menyibukkan diri memperbaiki diri dan mengejar cinta-Nya. Cinta yang pasti, haqiqi, abadi.
Banyak hal yang kupelajari dari terpisahnya kami. Aku menjadi lebih berhati-hati melabuhkan hati dan kepercayaan. Mengolah hati, agar tetap husnudzon terhadap qadha dan qadar Allah SWT. Mengolah sakit hati menjadi dendam positif. Dan meleburkan kekecewaan cinta dengan senyuman nyata.
Memang, awalnya hati ini tak menerima. Mengingat perjuangan yang terlewati, sebuah komitmen atas romansa harus kandas begitu saja. Tapi aku meyakinkan diri, inilah yang terbaik. Lalu berusaha mengolah sisi positifnya.
Aku terus merenung, dan menemukan beberapa kalimat penguat, "Untung baru dua tahun, bagaimana jika lebih? Untung masih sebatas komitmen, dan selama itu pula hanya berkomunikasi melalui gadget, karena saat bertemu langsung kami sama-sama malu, bahkan untuk sekadar menyapa, semoga hubungan yang terlewati itu tak banyak mengakibatkan dosa. Untung kami berpisah, kalau tidak mungkin dia akan terus tersiksa akibat hubungan yang tidak direstui. Untung kami berpisah, sehingga aku bisa fokus pada perwujudan mimpi-mimpi. Untung telah berakhir, sehingga tak ada lagi galau karena marahan atau sedihnya dia."
Begitulah aku mengolah pikiran, agar bisa merelakan apa yang telah terjadi. Kini, meski sudah jarang berkomunikasi, aku tetap mendoakan agar dia selalu dalam lindungan Allah SWT. Karena aku yakin doa tulus itu mampu menjadi obat, yang akan mengubah rasa cinta kepadanya menjadi rasa cinta kepada-Nya. Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin.
AM. Hafs
20 November 2014
Rabu, 19 November 2014
November, I'll Be A Winner! Coz I am Dreamer!
Wahai perih-perih masa lalu. Apa yang hendak kutabur? Selain senyum di fajar yang mengabur, nanti. Kau tahu? Tanpamu aku akan tetap menjadi seonggok tubuh yang mudah layu.
Sama seperti berlalunya mendung, langit baru dan celoteh bintang riang pasti kan menyambut.
Sebab itu, di sunyinya pekat malam ini, kulantunkan puja-puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala hikmah dan nikmat yang dianugerahkan. November, lets be a winner! We are fighting dreamer!
Malang, 19 Nov 2014
Senin, 27 Oktober 2014
Jeritan Sumpah Pemuda
Pemuda dahulu bersatu melawan bangsa asing, yang telah jelas sifat permusuhannya. Sedang pemuda sekarang, bersatu dalam kelompok-kelompok memerangi kelompok lain, daerah lain, suku lain, agama lain yang sejatinya adalah teman mereka sendiri.
Renung di Relung
Surat Untuk Pemuja Cinta Semu
Rabu, 22 Oktober 2014
Adakalanya ...
Adakalanya kebaikan dan ketulusanmu tak dihargai. Tapi bukan berarti hal itu menjadi pembenaran untuk menyakiti. Mungkin cukup dengan berhenti peduli padanya, agar tahu arti menghargai. Berhenti peduli tanpa menggenggam benci.
Adakalanya kebaikanmu dimanfaatkan dan membuatmu terlihat bodoh. Saat itu kau hanya perlu yakin, tak ada kebaikan yang sia-sia. Karena kekecewaan hanya akan menjadi penghalang untuk ikhlas.
Adakalanya kepedulian terasa menyakitkan. Tapi sebenarnya, akan lebih sakit saat tak ada lagi yang peduli.
AM.Hafs
Cinta itu Menggelikan
Puisiku, Bukan Puisi
Baitku palsu
Diterkam ketidaktahuan nan kebingungan
Tak mampu terajut rapi
Diksiku mati, dibunuh pesimis diri
Terjebak kotak kebimbangan
Tak tahu tangga nada
Aku hanya berkisah
Tak bisa merapikan aksara
Tuntunlah perlahan
Karena aku si bebal, penuh keangkuhan
Kawan, tuntunlah dengan sabar
Karena aku tengah gusar
Sajakku mati
Miskin diksi
Puisiku bukan puisi
Tak punya isi
Tak getarkan hati
Terkapar, sepi
Uluran tanganmu, kunanti
Kamis, 16 Oktober 2014
Tujuh Belas Ke-delapan
Oleh: AM. Hafs
Derai tawa di lindung awan
Menghias bocah-bocah berwajah putih
Berserakan, berlarian
Berteriak, kegirangan
Merah putih, kibarnya bersaksi
Bapak-ibu
Tua-muda
Berduyun, berhimpit tubuh
Mencuri bahagia
Tujuh belas ke-delapan
Kerupuk-kerupuk berjajar
Bocah lahap seolah lapar
Tujuh belas ke-delapan
Merdeka itu mereka,
Kepala-kepala ber-tawa kejujuran
Malang, 16 Oktober 2014
Rabu, 15 Oktober 2014
Tempat Terbaik Untuk Masa Lalu
Jumat, 10 Oktober 2014
Lima Bentuk Negara Menurut al-Farabi
"Jon, Loe tahu gak tentang ilmuwan muslim yang bernama Al Farabi?"
"Kagak, kenapa?" Joni masih sibuk dengan gitar barunya.
"Ini gue nemuin, buku pelajaran SKI kelas sembilan, ada tentang Al Farabi. Jon, Loe dengerin kagak sih?"
"Hemm ...." Joni ngerebahin diri ke kasur, dan mulai mencoba-coba petikan gitarnya.
"Ada satu pemikiran yang membuatku merenung."
"Tentang apa?"
Senin, 06 Oktober 2014
Sholeh dan Santrinya. (Episode laporan Bian) / Fiksimini
Di tengah kegiatan hafalan juz amma, tiba-tiba ada yang nyeletuk. Bian namanya, santri gembul kelas 2 SD. Dia bilang, "Mas, Nirta pacaran sama Freanda."
Punguk Tinggal Nama
Menculik tiap jejak getah hitam
Terpinang hatinya 'tuk mengetam rindu
Terbang bersama hijaunya mimpi
Merayu Rembulan
Bahuku tegak menunggu
Sedang sedari tadi bibirku menyabit padamu.
Senyummu tlah terlukis
di hatiku
Agar kau siramkan dian itu ...
padaku?
Lupa
Secuil Rindu, Berderai Syukur
Dinda, aku tertunduk malu oleh semua renungmu. Hati ini terbutakan rindu, hingga tak mampu melihat sedemikian jauh. Hitamku pun pasti lebih luas dari hitammu. Namun ... aku yakin, pengampunan-Nya lebih luas dari langit dan seisinya.
Malang, 03 Oktober 2014
Minggu, 28 September 2014
Ini Cinta atau Rindu, Dinda?
Mengalun di ujung-ujung hentak jemariku
Aku tak mendengar selain bait-bait rindu
dari sunyi di ujung-ujung getar hatiku
Kumpulan Status Facebook Tentang Rindu
Jangan kau tanya tentang cinta, Dinda. Yang kugenggam kini hanya rindu ... dan sebait lirik lagu Letto, "Walau tak kupunya, tapi kupercaya cinta itu indah." ~AM. Hafs
Pujangga itu pembohong ulung. Sajaknya bisa jadi tentang rindu. Tapi apa tahu? Rindu milik siapa? Bisa jadi itu rindu milik kawannya yang menginspirasi atau tetangga, adik? Ah siapapun. Bahkan kerinduan tokek yang tengah menanti pasangannya pun mampu dilukisnya. Seolah dialah yang tengah merindu. Tapi tidak denganku, Dinda. Rindu ini hanya untukmu, bidadari duniaku yang entah kapan kita kan dipertemukan. ~AM. Hafs
Kamis, 25 September 2014
Sedikit Perbedaan Blogspot dengan Wordpress
Rabu, 24 September 2014
Tentang Kehilangan
Guruku bercerita, sewaktu kunjungan itu, Ayah dari temannya tengah dalam perjalanan ke Kalimantan untuk sebuah urusan bisnis. Namun, tak selang berapa lama sosok yang dibicarakan datang. Ibu dari teman guruku pun bertanya,
"Lho, kok belum berangkat, Bi?"
Senin, 22 September 2014
Gila Baca
***
"Heh? Udah selese?" Mata Deon terbelalak.
"Yep, hehe. Kenapa emang?"
"Gak, kasihan aja ama penulisnya, bikinnya 2 tahun loe habisin cuma 2 jam."
"Haha, ntar gue ulang kok. Baca awal cuma buat ngerti alur cerita. Baca kedua menggali beberapa makna yang tersirat."
"Tapi ... 800 lembar 2 jam? Ah you're crazy, Maan!" Ia menatap tak percaya.
***
Itu adalah canda tawa terakhirku dengannya. Semoga kuu tenang di surga kawan.
AM. Hafs
Jangan Ucapkan Selamat Tinggal
Jangan ucapkan selamat tinggal! Jika senyumnya masih kau peluk dalam mimpi dan angan.
Jangan ucapkan selamat tinggal! Jika bulir air matamu masih menyimpan pantulan senyumnya. Dan gendang telingamu masih merekam tawa renyahnya.
Beranjak Bijak
Lihatlah, masih ada pelita-pelita asa. Di antara sabit sabit seperempat malam. Yang akan menerangimu. Yang akan melindungimu. Dari rasa takut akan lolongan fitnah. Atau dari bayangan cacing-cacing makam yang siap menyantap kerapuhan jiwamu.
Sadarilah, banyak hal yang masih terseduh manis, semanis susu coklat pagi ini. Syukuri, yang hilang pasti berganti. Yang ada kian mewangi. Dan mimpi ... genggam dengan ikhtiar yang lebih keras lagi.
AM. Hafs
Singosari, 20 September 2014
Sholat Duhur Berapa Kali?
"David udah sholat ta? Mas Agus mau sholat duhur dulu."
"Bentar lagi."
Bocah lima tahun itu tengah asyik nonton film Cars di laptopku. Aku pun beranjak ke kamar mandi. Ketika hendak mengambil wudhu, kepala si David melongok ke dalam kamar mandi.
"Aku mau sholat juga wes. Berapa kali?"
Aku bingung dengan pertanyaannya, apanya yang berapa kali? Tapi reflek kujawab empat. Karena berpikir yang dimaksud pasti rokaatnya.
"Wah, Mas Agus bohong."
Nah lho? Aku jadi bingung. Langsung kuralat. "Eh, satu kali."
Sekarang dianya yang bingung. Kepalanya menghilang dari pandangan. Sejenak kemudian terdengar teriakannya.
"Buuuk, sholatnya berapa kali?"
Dinda
Remah-remah kisah beradu pada bebintang nan jauh. Tak tahu apa hendak diucap. Hanya jemari yang berloncatan, menyusun tiap kekata. Kosong atau kebingungan? Entah. Yang pasti, Dinda ... bekas-bekas senyummu menolak untuk berpisah.
Rabu, 17 September 2014
Kepedihan di Bulan yang Mulia
Minggu, 14 September 2014
Antara Padi, Orang Bodoh, Pintar dan Mengerti.
"Sedang apa, Mas?"
Senin, 08 September 2014
~ * Aku Bukan Kamu * ~ (Revisi Karya Susie Salwa)
Mengejar cinta hingga muara
Aku, hanya membatu menikmati cinta
Membiarkan cinta berlayar tanpa arah
Aku, mendekapnya hingga berakhir nafas di jiwa
Dengan mudah memetik bunga lainnya
Aku, menggenggam satu bunga dalam vas terindah
Menulis janji di tepi pasir pantai
Aku, mengukir janji di batu nurani
Mudah terpana pada macam bintang
Aku, memilih memeluk bulan hingga bayang menghilang
Quote Cintaku
Cinta itu seribu warna. Tapi tak semua mampu memandangnya utuh. Umumnya hanya memandang sebagian. Karena berbagai faktor, seperti, umur, kondisi kejiwaan, dan juga situasi.
Sebagai contoh, remaja putri, menganggap cinta berwarna merah muda. Karena warna itu memang identik dengan kaum mereka, jadilah yang terpandang hanya merah muda. Sedangkan remaja laki-laki lebih ke warna merah. Mungkin karena faktor mawar merah. Simbol Romantisme. Atau bisa jadi sebagai simbol keberanian, berani menghadapi mertua, hehehe.
Ada juga beberapa orang yang memandang cinta itu putih. Karena golongan tersebut menganggap cinta itu suci. Yang mengherankan ada yang menganggap cinta itu hitam. "Lho kok bisa?" iya, karena dia lagi patah hati hehe....
Selama ini cinta masih lekat atau identik dengan hubungan antara dua orang. Jadi yang terlihat cuma satu warna. Namun ada yang melihatnya seperti pelangi, berbagai warna.
"Apa benar ada yang memandang seperti itu?"
Ada, karena orang-orang jenis tersebut memandang cinta lebih luas. Dari berbagai sudut dan rupa, seperti yang diungkapkan bu Neny Suswati, ada cinta Allah, cinta Rasul, cinta Islam, cinta ilmu, cinta ortu, cinta anak, cinta sahabat, cinta pemimpin, cinta pasangan, cinta alam, cinta profesi. Semua butuh cinta untuk indahnya kehidupan.
"Lalu, siapa yang mampu memandang cinta secara utuh?"
Emm... Mungkin saja anda. Karena menurut hemat penulis, pandangan tentang cinta berbanding lurus dengan cara berpikir dan ilmu yang dimiliki atau dipahami.
Yang jadi pertanyaan,
"Apa warna cinta menurut anda?
Let your heart see it ;)
update :
1. Emil Febiyani Sukmaindah : "Boleh kasih masukkan? kenapa ga pakai warna putih atau merah muda. selama ini warna itu menunjukkan cinta. putih tanda kesucian cinta, merah muda itu identik dgn cinta."
2. Richie Permana Ardiansyah : "Kalo menurutku cinta itu tak punya warna. Aku tak menyebutnya berwarna hitam, melainkan gelap. Karena cinta itu sudah membuatakanku. Dan orang yang buta tak mengenal warna hitam. Yang ia tahu hanya gelap. Ya, kegelapan.
asiiiik..."
3. Neny Suswati : "Jadi jangan marah kalau dihatinya ada seribu cinta, he he..." Karena, "cinta Allah, cinta Rasul, cinta Islam, cinta ilmu, cinta ortu, cinta anak, cinta sahabat, cinta pemimpin, cinta pasangan, cinta alam, cinta profesi,semua butuh cinta untuk indahnya kehidupan."
4. Bemby Khanza : "Cinta itu nafsu" (Nah lho nafsu warnanya apa???)
5. Ughie HS : "Cinta itu Pelangi, sebab pelangi itu adalah cahaya putih yang terdifraksi menjadi beberapa cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda
sama... cinta itu berbagai rasa, berbagai frekuensi, memiliki cepat rambat yang berbeda sesuai warnanya. terkadang kita harus merasakan merahnya, jingganya, birunya, bahkan ungu dan nilanya...
keindahannya tergantung pada bagaimana kita mengapresiasi "kelebihan" dan "kekurangan"nya."
6. Dhona Dhani : "Warna cintaku pelangi."
7. Alfin Bach Rum : "Cinta ya cinta apa yang akan disandingkan menjadi indah, mungkin ketika cinta bertemu tukang cat akan lebih berwarna dan bila bertemu tukang jagal akan menjadi pembantaian cinta."
8. Susie salwa : "Cinta itu persahabatan.. warnanya biru menenangkan, mendamaikan."
9. Wiro Toraja : "Warna cinta ibarat bunglon, dimana ia singgah begitulah warnanya."
10. Miela Baisuni : "Cinta itu coklat. Selalu manis
dan gak jarang juga pahit :D"
11. .Asih Zaeni : Cinta? Apa itu cinta? Aku tak punya cinta, karena CINTA hanya milik-Nya, yang dititipkan di hati, rasa, nafsu, dan amarah.
Warna cinta ? Apakah warna itu penting bagimu? Cinta kadang tak berwarna, karena dia datang tanpa diduga, kepada siapa saja. CINTA..
Quote Cintaku (Draft)
Cinta itu seribu warna. Tapi
tak semua mampu
memandangnya utuh.
Banyak yang sok tahu, hanya
karena melihat warna biru
dari cinta, dia mengatakan cinta itu biru. Begitu juga ada
yang memandang warna
merah dari cinta, lalu
mengatakan cinta itu merah.
Padahal, sekali lagi, cinta itu seribu
warna, hanya bisa dipandang utuh dengan ilmu.
AM. Hafs
Singosari, 24122013
Tawakkal
Bunuh aku di kesendirian
di detik itu si sakit tak punya daya
tikaman dan cacian adalah hampa
detik itu ku rasa lepas tubuh dari nyawa
kau boleh acungkan jari tengah
tapi bawalah kecewa pulang dari dunia fana
dengan kalam kuberpeluk malam
diri ini bercakap dengan pemiliknya
kau siapa dengan melakukan apa
hanya hakikat tanpa makna
rubuh bersimpah darah hanya kata mata
diri ini sudah terlena jauh
bermunajah, bercengkerama,
duhai pemilik keindahan
aku dipeluk-Mu adalah anugerah
Malang, 24 Oktober 2013
Sajak Tentang Senyawa Kimia
Oleh : AM. Hafs
Senyawa Alkil Alkana Alkena
Kemudahan ganda
Setelah hadirnya kesulitan
Air, (H20)
Mendua dengan adilnya, tak seperti lelaki
Ozon, (O3) tiga sekawan
Sehati, saling melindungi
Natrium Clorida (NaCL) Garam,
Satu cinta, Setia
Menyebar keseluruh samudera
Asam Clorida (HCl)
Satu hati satu cinta
Jangan coba dekati, berbahaya
Menyengat para pengkhianat.
Oksigen (O2)
Berdua, menyebar cinta
Pada nafas kehidupan
Asam Sulfat (H2SO4)
Cinta segi enam
Selalu panas, dibakar cemburu
Glukosa (C6H12O6),
Sederhana, pemanis hidup
Layaknya senyum di wajahmu
Malang, 19/12/2013
*Sebagian senyawa yang
masih kukenang dari
pelajaran SMA. Rindu kalian
semua. Jurusan IPA merapat.
Puisi Matematika
Cinta bukan penjumlahan
Karena hasilnya tak bisa ditentukan pasti
Cinta bukan pengurangan
Karena cinta melahirkan buah hati
Cinta bukan perkalian
Karena cinta menggandakan diri tak pasti
Cinta bukan pembagian
Karena hati istri lazimnya tak mau dibagi
Tapi ini bukan tentang cinta
Melainkan tentang sebuah janji
yang harus ditepati
Waktunyapun tak bisa ditambah, dikurangi, dikali atau dibagi.
Jika itu dilakukan
Kita kan terperosok dalam jurang kemunafikan.
Malang, 16 Desember 2013
Ketika Sastrawati Bermain Angka
Melihat gelagat itu, Pak Tadi mencoba mencari tahu. Waka Kurikulum itu meninggalkan kursi empuk, menerkam jarak, mendekati si Guru muda.
"Ada apa gerangan? Kulihat kegamangan bergelayut di matamu, Bu." Pak Tadi melempar perhatian, sopan.
Andai Ibuku Penulis
Andai Ibuku seorang Penulis, mungkin telah terekam bagaimana aku berguling di tanah. Menangis, menjerit dan meraung, saat permintaan untuk dibelikan mainan tak dipenuhi.
Andai Ibuku seorang Penulis, beliau pasti menceritakan tentang celotehku sewaktu baru bisa membaca. Membisingkan penghuni angkot dengan mengeja beragam pamflet, banner dan berbagai tulisan di sepanjang perjalanan menuju pasar.
Surat Ijin (Sakit) Anak Sastrawan
Kepada yang terhormat
Sang Pendidik empunya singgasana kelas 12 Bahasa.
di titik muka bumi
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Bersama hadirnya untaian kata ini di tangkapan netra Anda, Sang Penyampai. Kami, perdu dari seorang putra yang padanya tersemat nama : AM. Hafs, penghuni kelas 12 Bahasa, ingin melayangkan kabar bahwa, dia yang menduduki nomor presensi satu itu, tidak mampu mengikuti rapalan petuah ilmu pada hari ini. Sebab, dia kini tengah tergolek lemah di tempat tidur. Bergulat dengan rasa sakit.
Berkenaan dengan hal tersebut, kami pun melambungkan harap agar Bapak menerbitkan ijin dan maklum atas untaian kabar ini. Selanjutnya derai ribuan syukur terima kasih atas perhatiannya kami haturkan
Wassalamu'alaikum Wr. Wb.
Tertanda
Wali Murid
Muhammad AR
Sumber gambar : google.com
Kamis, 04 September 2014
Rabu, 03 September 2014
Jangan Sombong!
10 menit sebelum kick off ada seseorang yang menyapanya, "Mas Bilal?"
"Lho, iya, kok tahu?" Wajahnya tak asing. Dia mencoba mengingat-ingat.
"Aku Anwar, Mas. Adik tingkat di pesantren tahfidz Raudhatul Ulum, ingat?"
"Oh, masya Allah, iya ingat. Apa kabar? Sudah selesai hafalanmu?" Ada bahagia yang merona di hatinya. Bertemu dengan kawan se-almamater.
"Alhamdulillah, baik Mas. Baru seminggu yang lalu aku boyong."
Deg, Astaghfirulloh, Ampuni kesombonganku tadi Ya Rabb, Batinnya menjerit. Allah Maha Mengetahui.
AM. Hafs
Senin, 01 September 2014
Elegi Kemerdekaan
Berdebum,
Bagai kapuk dilempar batu
Tercecer beberapa tubuh Para Syuhada,
Namun, tak surut langkah mereka
Mati satu tumbuh seribu
"Merdeka atau mati, Allahu Akbar!"
Pekik bersautan, maju tanpa ragu
Membuat musuh gentar
Jumat, 29 Agustus 2014
Ketika Jam Dinding Bercerita
Jumat, 22 Agustus 2014
Bukan Cara Sederhana Merayu Cewek
"Iya, Kang." Senyum malu-malu.
Kapan Nikah?
Mungkin berbeda dengan bujanghidin kebanyakan, tapi sungguh, pas basa-basi itu aku paling suka saat ditanya, "Kapan nikah, Bro?"
Hati-Hati Bersahabat Dengan Pujangga.
Mentari mulai meninggi, saat dua orang lelaki yang bersahabat sejak bayi bercakap-cakap.
"Sial! Kemarin King Tatto kalah lagi," dengan bersungut, Imron curhat tentang hasil lomba burung yang telah ia ikuti.
Imron mengernyitkan dahi, ia mulai risih saat jiwa pujangga karibnya muncul tanpa kenal situasi.
"Ya, ya ... Apa aku jual saja burung ini ya? Dan beli baru?"
"Lebih baik, tambal dan rapikan ukiran yang kurang pas dengan sedikit semen, daripada menggantinya dengan pagar yang baru."
Jari-jari Imron menggaruk bagian belakang kepalanya yang tidak gatal. Batinnya mengatakan, lebih baik ia diam. Sampai Andre kembali normal.
Beberapa menit, suasana menjadi hening.
Lalu, Andre, dengan tatapan yang masih terpaku pada layar hape, tiba-tiba memecah kesunyian, "Mron, coba tebak, kapan jumlah anggota KBM nembus angka 63 ribu?"
Imron yang sedang memberi makan burungnya, tiba-tiba tersenyum. Dan dengan wajah polos ia menjawab, "Ketika wajahnya menyapu rinduku di hari yang sendu." Ia pun bersiul penuh kemenangan.
AM. Hafs
Rabu, 20 Agustus 2014
Kesalahan yang Bernilai Jual
Kesalahan umumnya identik dengan hal buruk dan mengecewakan. Tapi ternyata, sebuah kesalahan pun bisa diolah kembali menjadi hal yang menarik, dan memiliki nilai jual.
"Hah? Kesalahan macam apa itu?"
Seperti kesalahan pada "Teori Evolusi Darwin". Seorang animator asal jepang mampu menyulapnya menjadi film animasi berjudul Pokemon.
Pokemon adalah akronim dari Pocket Monster. Film Tersebut bercerita tentang petualangan seorang anak lelaki bersama hewan peliharaannya. Di dalam film tersebut, binatang dipelihara dalam sebuah alat bulat yang disebut Poke Ball.
"Lalu, apa hubungannya dengan kesalahan Teori Darwin?"
Menggoda Pembeli
"Iya, bentar!" Aku bangkit dari meja komputer, "beli apa?"
"Buku"
"Pentol? gak ada hehe" jawabku pura-pura tuli sambil mengegemakan tawa.
"Buku, Mas!"
"Hehe iya, buku apa?"
Duhai Kupu Perawan
Purnama menangis darah
Derik penjelajah malam menghujat bedebah
Tampak Kupu perawan terbang tertatih
Tercabik hari, terlelah
Batin retak merintih
Renungan Pagi Bersama Emak.
"Le, apa yang kau dapatkan hingga pagi ini?"
Di tengah kegiatan menyiapkan kue, Emak tetiba melontarkan pertanyaan pada sulungnya.
Embun Pengantin Baru
"Eh? Tahu dari mana?" tanyaku menyelidik.
Tak langsung menjawab, netranya masih terlihat lapar, melahap pesona bunga yang mekar di taman depan gubug sederhana kami.
Senin, 07 Juli 2014
Cerita Dari Pesantren Ramadhan
Tempat bersejarah itu berada di timur Pondok Pesantren tempatku menjalani pesantren kilat. Jalan menuju ke sana menanjak. Namun sudah bagus, beraspal dan sebagian disemen. Di samping
Selasa, 01 Juli 2014
Dawai Renjana Hati di Tumpuan Semesta
Aku tak mampu gambarkan, bagaimana indah gugurnya dedaunan bambu yang menguning. Tertumpuk dan lapuk hingga pijakan menjadi empuk. Karena aku lebih mengenal cara mencari rata-rata dalam tumpukan data.
Aku tak mampu mengolah dawat menjadi untaian mutiara. Karena jemariku lebih suka menggoreskannya menjadi lukisan penuh warna. Lukisan yang hanya bisa dipandang tanpa mampu dibaca.
Aku ... tak pandai membariskan bait yang bisa menyentuh kalbu. Yang aku tahu, aku hanya menuliskan warna alam. Seperti birunya Gunung Arjuna yang berdiri kokoh. Di mana tiap pagi kupandang saat masih berselimut awan putih di bagian badan. Kupandangi gunung itu yang sedang berjemur di hangatnya sinar mentari. Lalu aku terpejam menikmati udara khas Kabupaten Malang. Sejuk, entah harus bagaimana kugambarkan sejuk. Apakah dengan rasa dingin yang berbaris lembut memasuki hidung? Dan berlari ke sela-sela rongga dada? Lalu menghapus ribuan resah yang menempel di dalamnya? Entahlah. Yang kutahu, ucapan hamdalah meluncur dari sela bibir bersamaan dengan hembusan nafas.
Kubuka kedua mata ... kusaksikan bagaimana angin membuat daun-daun kelapa menari tanpa malu. Berdzikirkah mereka? Andai dapat kudengar suaranya. Dari loteng rumahku pula, terlihat genting yang menghitam. Seolah mengisyaratkan bagaimana perjuangan mereka. Tiap hari berjibaku melawan panggangan mentari. Genting ... apa yang hendak kauajarkan? Ketabahan? Entahlah. Mata telah berpindah sasaran pandang sebelum sempat mendengar jawabnya.
Kini, setelah puas menyendiri. Kujauhi bangku tempatku bersendu. Tegak berdiri. Melemparkan senyum pada alam. Indahnya ... mereka menoleh dan turut tersenyum bersamaku.
AM. Hafs
Rabu, 25 Juni 2014
Pencarian Inspirasi
Kini kuterdiam, mengamati langit. Lalu terpejam, merasakan angin. Menunduk merasakan pijakan. Mengangkat kaki beberapa langkah ke taman penuh bunga. Berjongkok dan mengamati tiap hal di depanku. Alam ... alam ... dendangkan nyanyianmu. Biarkan aku ikut larut dalam orkestramu. Berdiam sejenak memeluk keheningan, Rabbana dholamna anfusana wa illam taghfirlana latarchamna lanakunanna minal khosirin. Permohonan ampun atas nikmat yang terkufuri.
Ilahi, nawwiril qolba ... kuuntai syukur ... berharap ilmu-Mu kayakan fikirku.
AM. Hafs
Dawai Tak Berjudul (Belajar berpuisi - Curahan hati)
Di muara lelapnya mentari
Aku berharap sekilas awan pantulkan bayangmu
Di antara hembus angin sepi
Aku dendangkan nada-nada rindu
Alunan dawai rintihan hati
Menata kembali keping masa lalu
Barisan bait pembawa makna bermisteri
Kuurai dalam kisah terindah nan sendu
Tuhan, perkenankanlah
Rodaku bergulir lagi kembali
Membawanya ke senyum yang sama
Dan berikanku kesempatan
Tuk beri untaian puisi terakhir
Agar aku mampu abadikan rasa ini, selamanya
#menggubah dari lirik samson "di ujung jalan"
Malang, 25/06/2014
AM. Hafs
Wayang
Aku disibukkan oleh wayang-wayang tanpa suara.
Kuberi ruh pada bait-bait lukis jiwa di tiap nama.
Wayang-wayang tanpa suara.
Melaju dalam tatanan takdir pena.
Gundah, oh kubuat dia tertawa, tak salah
Sedih, oh kubuat dia berlari
Tawa, oh kubuat dari tabah hati
Senyum, oh melengkung indah dari bisik nurani.
Wayang-wayang tanpa suara
Aku wayang-Mu
Kutancapkan ridho.
Atas nilai langkah lakuku.
Tuntun-Mu lajukan awan garisku.
Harap.
Malang, 25/06/2014
AM. Hafs
Orang Terkaya
"Rek, menurut kalian, siapa orang terkaya di dunia?"
Sambil merebah, Hendik memecah keheningan. Terlihat pandangannya terpenjara di langit-langit mushola, sore itu.
Andre menutup Kitab Riyadush Shalihin. Sejenak ia diam. Imron, terlihat sedang sibuk dengan gadgetnya. Sedang Agus, sibuk mempermainkan semut yang berbaris.
Baitku Abadi
Di antara riak-riak yang terpanah dan mati
Di antara gerik yang beralun dan terhenti
Ada sunyi ...
Di antara sunyi yang terlampau pedih
Di antara hitam yang terlampau pekat
Ada sesal menunggu bait terakhir pada tujuan yang kadang lenyap
Di antara sesal yang lenyap dan tak kembali
Di antara pekat yang berlari bersama angin musim semi
Ada harap penunggu nafas dan kaki yang melangkah
Di antara langkah yang berlalu
Di antara setapak yang bertalu
Ada riak yang terus menjadi misteri
Dan di sinilah kini ku berdiri
Pada bait tak berujung
Seperti roda kehidupan yang kan terus berputar
Suci bersama hujan
Atau membusuk bersama gugur dedaunan
Malang, 25/06/2014
AM. Hafs
Bukan I Love You Tapi Qobiltu.
Ketika tengah menjelajah beranda facebook, aku menemukan sebuah quote yang tertulis, "Kalau Tuhan maunya kamu sama aku, pacarmu bisa apa?"
Supaya lebih islami, muncullah ide untu menggantinya menajdi, "Kalau Allah maunya kamu sama aku, dunia bisa apa?"
Diakui atau tidak, dipercaya atau tidak, tetap hanyalah Allah yang Maha Tahu terhadap segala sesuatu, termasuk jodoh. Karena itu, hanya pada-Nya pulalah seharusnya semua harap berlabuh. Sedang berharap pada makhluk itu sia-sia. Banyak di antaranya yang memiliki bibit kemunafikan. Perhatikan ketika berkata-kata. Pagi kedelai, siang tempe. Sebab itu, perlulah kiranya untuk menyelami dan merenungi kembali kejadian di sekitar. Tengok saja, berapa pasangan yang dengan berderai air mata mengatakan, "Aku mencintaimu selamanya." atau "Tak ingin kehilangan si dia." pada akhirnya, besok, lusa, seminggu, sebulan atau beberapa tahun lagi ternyata sudah ganti hati karena keseringan makan hati.
Maka dari itu, yang sekarang bilang, "Aku bersyukur telah menjadi pelengkap agamamu." itulah yang harus dijaga, sepenuh hati.
Jadi, bukan 'I love you' yang menjadi awal sebuah kisah, tapi 'Qobiltu'.
#Meracau
AM. Hafs
Hikmah Mencintai dan Menjadikannya Cinta pada Allah.
Jumat, 30 Mei 2014
Resensi Novel Keping Hati
Judul : “Keping Hati”
Penulis : Rina Rinz, Falsist Hafidz
Blueboys, Susie Salwa, Mila,
Dona Ismed, Hasnawati
Qayyimah, Nieranita.
Penerbit : Indie Book Corner
Cetakan : I. Maret 2014
Tebal : 291 halaman
Ukuran : 19x13 cm
ISBN : 978-602-1599-62-4
Peresensi : Muhammad Agus Riwayanto
(Blogger, Reader, Writer wanna be)
Ketika Cinta Ditentang Sang Raja
Bicara soal cinta, ‘tiap insan pasti pernah merasakannya’. Terdengar seperti kutipan sebuah lagu memang. Namun begitulah adanya. Cinta yang kisahnya seringkali termonopoli oleh dua orang berbeda jenis. Antara laki-laki dengan perempuan, seolah tak ada habisnya untuk dibahas, diabadikan juga dikisahkan.
Bermacam-macam wajah cinta telah terekam, terbaca, bahkan terjalani dalam kehidupan nyata. Mulai dari cinta sejati yang berakhir indah, hingga cinta yang kandas dan menciptakan kenang dengan berbagai segi.
Buku ini pun hadir dengan membawa wajah cinta. Menghadirkan kisah klasik tentang sebuah hubungan dua insan yang cintanya diterpa cobaan. Disajikan dengan alur maju mundur dan memuat kisah dari beragam tokoh yang memiliki porsi masing-masing membuat buku ini berciri khas. Hampir tidak ditemukan tokoh yang sekadar tempelan, kecuali tokoh pemilik nama Rahayu.
Di awal-awal buku ini seolah menghadirkan sebuah cinta segitiga, namun seiring kedalaman pembaca menyelami kata-demi kata, kisah itu tak lagi bisa disebut ‘segi’. Melainkan sebuah
Sabtu, 17 Mei 2014
Rindu - Mimpi Baru
Dendang-dendang rindu
Akankah hantuimu?
Uapkan ke langit tanpa coba melukis wajahku
Coba saja pandang kelebat awan itu
Tahukah?
Jika kau mencari di awan yang sama
Karena kau tak pernah tahu awan mana yang kutunggangi
Dendang-dendang rindu
Di detik ini aku bertanya,
Apa arti tiap jatuh hujanmu?
Apa arti dini hari buatmu?
Sedang kau tahu, akulah sang bayang
Terbuang di pekatnya malam
Cinta, dengarkanlah
Sekarang, hati ini telah menguntai warna lain
Warna hijau kaktus berduri
Kan acuhkan tiap embun dan dawat pilu
Cinta, dengarkanlah
Telah kututup mata dari pelangimu
Dan mulai berdendang dengan hujan panasku
Menarikan puisi, menyiulkan sajak syahdu
Dan mulai melangkah lagi
Malang, 17/05/2014
AM. Hafs
Selasa, 13 Mei 2014
Teman Sejati Penulis
Parodi Jawa Bali
Membuat Bisu Kicauan Akun lain di Twitter
Masing-masing berlomba memberikan keunggulan dan membentuk ciri khas, demi menjaring pengguna sebanyak-banyaknya.
Gila Baca, Semoga Awal dari Gila Menulis
Senin, 12 Mei 2014
Hal Yang Lebih Sakit Dari Putus Cinta Dan Hal Terindah Dari Rindu
Tapi bayangmu masih setia berkelebat
Karenanya, ijinkan kupetik hitam
Dan kutuangkan dalam bait pelepas kelam
Kuingin kau tahu
Hatiku kini tengah meratap
Pada takdir yang terasa begitu jahat
Hati teriris miris
Sesak pun berlomba menombak dada
Dengarkan,
kuakan mulai bercerita
Kuukir sajak tentang rindu
Sendu nan mengharu biru
"Kau tahu eL, apa hal terindah dari rindu?"
Kamis, 01 Mei 2014
Noni Cewek Introvert (POV 2)
Anniversary, akhir atau awal?
Menanti malam yang bisa saja menjadi muara kisah
Cerpenku hilang (Fiksimini)
Setelah sejenak menikmati fajar tadi dan menghirup udaranya yang menyejukkan indera pembau, aku kembali ke kamar untuk melanjutkan menulis cerpen.
Aku kembali duduk manis di depan laptop. Jariku pun sudah berada di posisi, dan mulai berloncatan, semakin lama semakin cepat, seolah kesetanan. Hasilnya, hanya dalam beberapa menit berlembar halaman terpenuhi dengan huruf-huruf yang berjajar rapi.
Jumat, 25 April 2014
Akibat Keusilan
Pagi buta, fajar juga belum menari, aku dikagetkan oleh ringtone gadget yang ikut rebah di sampingku.
Satu misscall dari nomor tak dikenal. Alisku bertemu. Sambil mengucek mata, kulihat ada satu sms yang masuk bersamaan dengan bunyi "Ping".
Masih terheran, kubalas pesan itu.
Maaf ini sapa ya? And sapa yang ganggu suami orang?
Jumat, 04 April 2014
Cermin Bicara
Matamu mempesona meski tak diteduhi alis tebal di dua sisi.
Memang tampak tak begitu ramah, tapi setitik tahi lalat sisi kiri
Di bawah sepasang kacamata cukup membuat wajahmu
merona.
Duhai jasad beramanah kalbu, pernahkah terbayang?
Mata itu
Rabu, 02 April 2014
Usang Bayang
Usai sudah sebuah warta-warta
Gemerlapnya sebentar saja
Usai sudah jamuan merah merona
Meninggalkan kekosongan di
Dada
Akankah selalu berputar waktu
Dalam putaran yang sama saat
Mengenal roda cinta
Beginilah sunyi, meski seribu tawa selimuti
Tak lagi mampu nikmati rangkaian mata indah berpipi merah, semu
Ada rasa, terjerambab seolah
Di antara jarak, aku dan dia.
Kamis, 27 Maret 2014
Penggemar Animasi Petualangan? Wajib baca!
Ada juga versi 'box office' versi non animasi. Penasaran? Selamat mencari. Dan bagi anda yang pernah menontonnya, selamat bernostalgia.