Rabu, 15 Oktober 2014

Tempat Terbaik Untuk Masa Lalu

Selalu ada saat di mana kita perlu menyelami pengampunan diri. Menyelami sesal dan luka. Lalu menatap pagi dengan ceria dan hati yang kembali baru. Selalu ada saat di mana kita harus meninggalkan saga di senja menuju pembaringan fajar di luapan bola semangat dan sebuah mimpi baru.
"Dinda."
"Ya Kanda?"
"Kau tahu rupa kerelaan?"
"Enggak, apa Kanda?"
"Ia berupa senyum yang terbit karena melihat masa lalu tersenyum."
"Seperti yang kini tengah kau lakukan, Kanda?" Ia tersenyum, manis sekali. Melebihi manis dari secangkir sabit di seperempat bulan.
"Ya, Dinda. Mungkin senyumnya takkan pernah selebar sekarang jika ia terus bersamaku dan ..."
"Dan apa, Kanda?"
"Dan aku mungkin takkan pernah bertemu dirimu."
"Alah gombal. Semoga aku bukan pelarian," katanya dengan sedikit nada manja. Ya sedikit saja, karena wanita memang ahli menjaga isi hati.
"Tentu tidak, karena kaulah muara, Dinda." Tapi sekarang wajahnya tak mampu sembunyikan ketersipuan. Pipi bersemu merah jambu yang kerap kali kurindu.
~AM. Hafs

2 komentar:

  1. ternyataaa...masa depan memang jauh lebih indah kalau kita tak menyesali masa lalu, ya. Andai kita tak meninggalkan / ditinggalkan masa lalu, tak mungkin bersua yang kemudian ada di depan mata :)

    BalasHapus
  2. Yapz, selalu ada ganti yang lebih baik untuk tiap kehilangan yang disyukuri. :) Makasih, udah mampir. ^^

    BalasHapus

Anda pengunjung ke

Statistikku