Senin, 25 September 2017

Untuk Perempuan yang Tengah Dipeluk Hujan

Rintik berdetak
Di atap-atap
Berderak
Di lembar dedaunan
Berkecipak
Di genang-genang
Rinduku turut menggenang
Lalu menggunung
di batas jarak dan waktu

Di tengah dawai hujan
Terbayang ...
Rintik basahi matamu
Membelai hidung dan bibirmu
Gigilkan jemarimu

Aku mendekap harap
Agar lekaslekas
Jarak terpangkas
Waktu terringkas

Hingga tubuhmu dan tubuhku
Meluruhkan rindu
Dalam temu
Tak berjarak
Tak terhalangi waktu

Sebelum hujan mereda
Sebelum dingin tinggal nama
Dan biarkan aku
Menggantikan rintik
yang selimuti ragamu
tadi ...

AM. Hafs
Sawojajar, 25 September 2007

Kamis, 21 September 2017

Rumah Kesedihan

Apa yang kauharapkan dari lorong-lorong putih yang dipenuhi wara-wiri para dokter dan perawat. Wara-wiri para manusia duka. Entah karena anak, ibu, bapak, atau saudaranya, yang menginap di salah satu kamarnya atau karena ia sendiri.

Beberapa wajah, ada yang sembunyikan lelah dan dukanya dalam lelap di bangku-bangku panjang. Ada yang sibuk membaca buku, tapi lebih banyak yang melamun. Entah melamunkan kemungkinan terburuk, biaya, atau kondisi keluarga di rumah.

Sesekali, kebanyakan dari mereka tersenyum. Tak lain karena kedatangan kunjungan saudara. Meski hanya membawa sebungkus roti dan sekecap doa.

Pemandangan lain yang tak kalah asing di sini, adalah wajah-wajah layu dihiasi tangis dan sedikit isak pilu tertahan. Barangkali baru saja mendapat kabar dari dokter, yang seringkali diawali, "Maaf kami sudah berusaha semaksimal mungkin."

Rumah sakit, yang bahagia hanya sedikit. Lebih banyak yang mencoba tabah. Lebih banyak yang tak betah, walau fasilitas semua ada.

Maka, jika kau ingin tahu harganya sehat berkunjunglah ke sini sesekali. Tapi jangan karena sakit. Sebab rumah ini tak mampu menjaminmu keluar dengan selamat.

AM. Hafs
RSU dr Iskak Tulungagung, 21/19/2017

Selasa, 19 September 2017

Bakat Menulis?

Setelah lama sekali 'mandeg' menulis, di kuliah perdana kemarin aku seperti mendapat motivasi atau semangat untuk menulis lagi. Bertemu dengan dosen yang juga punya kebiasaan menulis dan sudah menelurkan beberapa karya tulis menurutku bukanlah hal yang kebetulan. Kuanggap sebagai 'kode' bahwa ini adalah saat untuk merekam kembali hikmah. Lebih-lebih, kini aku berada dalam naungan lembaga sumber ilmu, STAI Ma'had Aly Al Hikam Malang, yang oleh dosen Ulumul Quran, Pak Rahmat, M.Pd I dikatakan, Al Hikam adalah Hikmah-hikmah.

Beliau lantas mengikuti makna itu dengan kisah pengalaman nyata tentang banyak hikmah yang seringkali menemani beliau mengarungi kehidupan, semenjak menginjakkan kaki di tanah Al Hikam. Mulai dari perjalanan menulis, karir, sampai dengan jodoh.

Sabtu, 16 September 2017

Angan yang Mewujud

Antara menanti atau hanya akan berakhir sebagai mimpi. Itulah yang aku rasakan saat mendengar kata kuliah. Di tahun ini, 2017, akhirnya aku ditakdirkan untuk bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
Kuliah di Sekolah Tinggi Agama Islam Ma'had Aly Al Hikam. Sebelum akhirnya benar-benar masuk ke kampus ini. Aku hanya bisa berswafoto di depan papan nama lembaga ini. Semenjak itu, hatiku serasa tertaut kuat bahwa suatu hari aku akan menuntut ilmu di sini. Padahal, waktu itu aku sedang disibukkan persiapan pernikahan. Di sisi lain, pekerjaanku yang seminggu penuh menjadikan keinginan itu kian terasa mustahil. Its like a mission impossible.

Anda pengunjung ke

Statistikku