Selasa, 24 Mei 2016

Sebagai Kakak

Sebagai kakak, aku merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi kepada adikku. Apalagi jika mengenang masa kecil dulu, di mana aku sering sekali menyakitinya. Bahkan pernah menendang sampai hidungnya berdarah. Barangkali, kalau saat itu ia ditanya, "Siapa orang yang kamu benci di dunia ini?" Ia akan menjawab, "Kakakku."

Semenjak lulus SMA, aku mulai menyadari, betapa masa lalu kami sungguh buruk. Karena itu, aku mulai mencoba menebusnya. Sedikit hadiah di kala ulang tahun, sedikit uang jajan ketika gajian. Ah semuanya serba sedikit. Satu hal yang besar, mungkin hanyalah impian untuk menguliahkannya. Namun, alih-alih mewujudkan mimpi, semenjak ia bekerja, malah aku yang diberinya uang saku. Menyesakkan kadang-kadang. Padahal, aku merasa belum tuntas membayar rasa bersalah. Di sisi lain, aku juga masih berkutat dalam misi pribadi membenahi hidup. Membuatku bingung, mana hal yang harus lebih dulu kuprioritaskan. Di hadapan semua itu, aku terus memupuk keyakinan, bahwa bersama kesulitan, pasti ada kemudahan. Bahkan dua lipat kemudahan. 

-AM. Hafs

Anda pengunjung ke

Statistikku