Jumat, 30 Mei 2014

Resensi Novel Keping Hati



Judul : “Keping Hati”
Penulis : Rina Rinz, Falsist Hafidz
                         Blueboys, Susie Salwa, Mila,
                         Dona Ismed, Hasnawati
                         Qayyimah, Nieranita.
Penerbit           : Indie Book Corner
Cetakan           : I. Maret 2014
Tebal : 291 halaman
Ukuran : 19x13 cm
ISBN             : 978-602-1599-62-4
Peresensi        : Muhammad Agus Riwayanto
                          (Blogger, Reader, Writer wanna be)


Ketika Cinta Ditentang Sang Raja

Bicara soal cinta, ‘tiap insan pasti pernah merasakannya’. Terdengar seperti kutipan sebuah lagu memang. Namun begitulah adanya. Cinta yang kisahnya seringkali termonopoli oleh dua orang berbeda jenis. Antara laki-laki dengan perempuan, seolah tak ada habisnya untuk dibahas, diabadikan juga dikisahkan.

Bermacam-macam wajah cinta telah terekam, terbaca, bahkan terjalani dalam kehidupan nyata. Mulai dari cinta sejati yang berakhir indah, hingga cinta yang kandas dan menciptakan kenang dengan berbagai segi.

Buku ini pun hadir dengan membawa wajah cinta. Menghadirkan kisah klasik tentang sebuah hubungan dua insan yang cintanya diterpa cobaan. Disajikan dengan alur maju mundur dan memuat kisah dari beragam tokoh yang memiliki porsi masing-masing membuat buku ini berciri khas. Hampir tidak ditemukan tokoh yang sekadar tempelan, kecuali tokoh pemilik nama Rahayu.

Di awal-awal buku ini seolah menghadirkan sebuah cinta segitiga, namun seiring kedalaman pembaca menyelami kata-demi kata, kisah itu tak lagi bisa disebut ‘segi’. Melainkan sebuah

Sabtu, 17 Mei 2014

Rindu - Mimpi Baru

Oleh : AM. Hafs

Dendang-dendang rindu
Akankah hantuimu?
Uapkan ke langit tanpa coba melukis wajahku
Coba saja pandang kelebat awan itu

Tahukah?  
Takkan kautemui diriku
Jika kau mencari di awan yang sama
Karena kau tak pernah tahu awan mana yang kutunggangi

Dendang-dendang rindu
Di detik ini aku bertanya,
Apa arti tiap jatuh hujanmu?
Sedang kau tahu, akulah airmata
Di derasnya rintik embun, cinta

Dendang-dendang rindu
Di hembus ini aku bertanya
Apa arti dini hari buatmu?
Sedang kau tahu, akulah sang bayang
Terbuang di pekatnya malam

Cinta, dengarkanlah
Sekarang, hati ini telah menguntai warna lain
Warna hijau kaktus berduri
Kan acuhkan tiap embun dan dawat pilu

Cinta, dengarkanlah
Telah kututup mata dari pelangimu
Dan mulai berdendang dengan hujan panasku
Menarikan puisi, menyiulkan sajak syahdu
Dan mulai melangkah lagi
Mengejar mimpi baru

Malang, 17/05/2014

AM. Hafs

Selasa, 13 Mei 2014

Teman Sejati Penulis

Media sosial, seolah menjadi ladang basah bagi manusia untuk berkeluh kesah, atas masalah yang menimpanya. Hal itu dibuktikan dengan maraknya postingan-postingan yang isinya penuh dengan ratapan. Menjadi sebuah gambaran bahwa, hampir pasti lubang-lubang dan lika-liku mewarnai hamparan rute kehidupan tiap insan. Dan di antara lubang itu ada yang bernama

Parodi Jawa Bali

Jarum jam pendek tengah tergeletak di angka 6, menandakan pukul 06.00 WITA. Saat itu rombongan telah turun dari bus. Mereka bersiap menuju pantai Sanur, termasuk seorang lelaki bertopi merah dengan postur yang lumayan jangkung. Namun tak seperti lainnya yang berangkat dengan senyum seperti mekar mawar merah,  ia malah membawa wajah dengan

Membuat Bisu Kicauan Akun lain di Twitter

Media sosial seakan sudah menjadi bagian hidup dari manusia masa kini. Ada berbagai macam bentuk media sosial yang ada kini. Mulai dari yang luar negeri seperti facebook, twitter, instagram, path, google plus atau yang lokal seperti salingsapa, kaskus, dan kompasiana.

Masing-masing berlomba memberikan keunggulan dan membentuk ciri khas, demi menjaring pengguna sebanyak-banyaknya.
Bicara mengenai media sosial, adalah hal mengasyikkan saat kita memiliki banyak teman, tak cukup ratusan bahkan hingga ribuan, hal yang cukup sulit tentunya untuk memiliki teman sebanyak itu di dunia nyata. Apalagi, teman-teman di media sosial tak hanya dari satu kampung yang sama, melainkan bisa antar daerah bahkan manca negara.

Dari banyaknya teman tersebut jika diperhatikan, kemungkinan ada saja teman-teman yang

Gila Baca, Semoga Awal dari Gila Menulis

Menulis dan menulislah .... Kata itu sering terngiang. Memang benar, diri ini ingin sekali menulis, tapi sering pula ide tak kunjung menyapa. Maka saat-saat seperti itu kuhabiskan dengan membaca karya teman-teman, status atau berita-berita dari media online.
Dari sanalah, kemudian ide untuk menuliskan apa saja yang sedang kupikirkan berasal. Pokoknya harus nulis, minimal sehari satu tulisan. Entah itu puisi atau hanya sekedar curhatan.
Pagi ini, ingin kuawali sebuah tulisan dari hobi gila yang baru-baru ini kusadari, yakni membaca.
Kegemaran membaca, sudah merasukiku dari taman kanak-kanak. Aku suka membaca buku kakak sepupu yang SD. Teringat waktu itu ada cerita tentang Si Pitung, Kancil, dan beberapa dongeng lainnya. Sedangkan, saat TK sendiri aku menyukai komik si Panjul yang ada di bagian cover belakang majalah TK.
Kegemaran membaca cerita-cerita yang ada di buku paket sekolah berlanjut saat aku SD hingga SMA. Tiap baru membeli buku paket Bahasa Indonesia, hal pertama yang kucari adalah cerita atau dongeng.
Oh iya, saat TK, saking gemarnya membaca, tiap diajak ke pasar, aku suka mengamati dan membaca berbagai tulisan yang menghias di pinggir jalan. Baik berupa pamflet, papan nama atau yang lainnya.
Menginjak SMA, aku baru membaca yang namanya 'Novel'. Novel pertama yang kubaca, 'Laskar Pelangi', meminjam di Perpustakaan sekolah. Karena waktu itu novel tersebut banyak dibicarakan, membuatku penasaran. Sebelum-sebelumnya kurang suka membaca novel sebab bahasanya yang waktu itu kuanggap sulit.
Semenjak lulus SMA, dan mulai berpenghasilan, kegemaran membacaku semakin menjadi. Satu demi satu novel menghiasi meja kerja, yang terkadang dipakai belajar oleh adik perempuanku.
Setelah punya laptop, aku mulai menghemat. Koleksi bacaanku beralih ke e-book. Ada puluhan e-book yang berhasil kuunduh.
Oia, gara-gara kegilaanku dalam membaca, ada seorang teman yang sampai berkomentar lucu.

Senin, 12 Mei 2014

Hal Yang Lebih Sakit Dari Putus Cinta Dan Hal Terindah Dari Rindu

Dear eL,
Malam kian pekat
Tapi bayangmu masih setia berkelebat
Karenanya, ijinkan kupetik hitam
Dan kutuangkan dalam bait pelepas kelam
eL,
Kuingin kau tahu
Hatiku kini tengah meratap
Pada takdir yang terasa begitu jahat
Hati teriris miris
Sesak pun berlomba menombak dada
eL, mungkin kau ingin tahu, apa pasal hingga ku mengadu
Dengarkan,
kuakan mulai bercerita
Beberapa detik yang terlewat
Kuukir sajak tentang rindu
Sendu nan mengharu biru
Sajak itu terawali oleh sebuah tanya,
"Kau tahu eL, apa hal terindah dari rindu?"

Kamis, 01 Mei 2014

Noni Cewek Introvert (POV 2)

Kau meniupkan angin ke dalam balon sekuat tenaga. Perlahan tapi pasti, balon mulai membesar dan membesar. Mukamu pun mulai memerah dan pipi mulai membulat.
"Noni! Dicari kemana-mana, ternyata di sini. Eh? Elu ngapain sih?"
Dini berseru padamu yang sedang duduk di halaman belakang. Dia, teman baru, yang kamu kenal seminggu lalu, dan langsung akrab. Sebuah hal yang masih menjadi misteri buatmu. Mengingat kamu bukanlah type orang yang mudah bersosialisasi. 
Seolah tak mendengar seruan Dini, kamu masih terus meniup. Kamu lihat, perlahan balon semakin membesar, seiring dengan itu, warna hijaunya mulai memudar menjadi hijau muda.
"Noni ...! Hentikan! Ntar meletus, tuh!"
Kamu melirik Dini yang mulai gusar, Kamu tahu dari lipatan-lipatan kecemasan yang tercetak di wajahnya.
Dengan sedikit menyipitkan mata dan tetap memperhatikan Dini yang kini menangkupkan tangannya pada telinga. Kamu terus meniup balon dan ....
"Duarrrr!!!"
Balon meletus tepat di depan wajah dan bibirmu. Kamu merasa seolah kesemutan di wajah, dan sedikit panas di bibir. Kamu tersenyum menatap Dini, lalu tertawa lepas.
"Noni! Loe aneh, gila tau!"
Seringai senyummu kembali mengembang. Ada kepuasan dan kelegaan di dadamu. Seolah tali yang sedari tadi mengikat telah terlepas. Kini, kamu mengatur nafas, dan menahan kegelian melihat raut muka Dini yang penuh tanya.
"Jadi gi ...."

Anniversary, akhir atau awal?

Oleh : AM. Hafs

Menanti malam yang bisa saja menjadi muara kisah 
Atau malah awal episode.
Tak seperti sebelumnya, yang sekarang lebih bermakna.
6 Desember 2012, waktu ketika sebuah pintu perjalanan cinta terbuka.
Seminggu lagi ...

Cerpenku hilang (Fiksimini)

Kisah ini diawali dengan fajar yang memerah di pagi hari. Namun tak seperti beberapa pagi sebelumnya, karena pagi ini fajarnya seolah membarakan semangatku.
Setelah sejenak menikmati fajar tadi dan menghirup udaranya yang menyejukkan indera pembau, aku kembali ke kamar untuk melanjutkan menulis cerpen.
Aku kembali duduk manis di depan laptop. Jariku pun sudah berada di posisi, dan mulai berloncatan, semakin lama semakin cepat, seolah kesetanan. Hasilnya, hanya dalam beberapa menit berlembar halaman terpenuhi dengan huruf-huruf yang berjajar rapi.
Setelah selesai, baru kusadari kalau judulnya belum tertambatkan. Oia, ini cerpen tentang seri lain dari semut imut yang berjudul, "Semut imut di lembah marmut."

Anda pengunjung ke

Statistikku