Kamis, 01 Mei 2014

Noni Cewek Introvert (POV 2)

Kau meniupkan angin ke dalam balon sekuat tenaga. Perlahan tapi pasti, balon mulai membesar dan membesar. Mukamu pun mulai memerah dan pipi mulai membulat.
"Noni! Dicari kemana-mana, ternyata di sini. Eh? Elu ngapain sih?"
Dini berseru padamu yang sedang duduk di halaman belakang. Dia, teman baru, yang kamu kenal seminggu lalu, dan langsung akrab. Sebuah hal yang masih menjadi misteri buatmu. Mengingat kamu bukanlah type orang yang mudah bersosialisasi. 
Seolah tak mendengar seruan Dini, kamu masih terus meniup. Kamu lihat, perlahan balon semakin membesar, seiring dengan itu, warna hijaunya mulai memudar menjadi hijau muda.
"Noni ...! Hentikan! Ntar meletus, tuh!"
Kamu melirik Dini yang mulai gusar, Kamu tahu dari lipatan-lipatan kecemasan yang tercetak di wajahnya.
Dengan sedikit menyipitkan mata dan tetap memperhatikan Dini yang kini menangkupkan tangannya pada telinga. Kamu terus meniup balon dan ....
"Duarrrr!!!"
Balon meletus tepat di depan wajah dan bibirmu. Kamu merasa seolah kesemutan di wajah, dan sedikit panas di bibir. Kamu tersenyum menatap Dini, lalu tertawa lepas.
"Noni! Loe aneh, gila tau!"
Seringai senyummu kembali mengembang. Ada kepuasan dan kelegaan di dadamu. Seolah tali yang sedari tadi mengikat telah terlepas. Kini, kamu mengatur nafas, dan menahan kegelian melihat raut muka Dini yang penuh tanya.
"Jadi gi ...."
Belum sempat kamu selesaikan penjelasan itu, kamu mendengar derap langkah dari samping rumah. Secara reflek, kamu hadapkan muka ke arah sumber suara.
Kamu mendapati seorang cewek gemuk yang tak asing. Ya, itu Vina, sahabat karibmu dari TK. Kamu menangkap kejengkelan di wajahnya. Dan derap langkahnya yang cepat seolah tengah gunung api yang bersiap memuncratkan lava panas.
"Aduh ...," kamu berkata lirih seraya menutup muka dengan telapak tangan.
"Noniii!! pasti bunyi barusan dari balonmu ya? Sudah kubilangkan kalau punya masalah cerita ke aku, jangan melakukan kebiasaan buruk itu. Apa gunanya jadi sahabatmu kalau nasehatku gak kamu dengerin?"
Telingamu mulai menghangat mendengar celoteh bernada medok itu. Seringai senyummu mekar, kamu berharap bisa meredakan suasana.
"Helooow!! ada yang bisa jelasin ke gue enggaaa???"
Indera pendengarmu dikejutkan oleh Dini yang mengeluarkan dialog khas remaja metropolitan. Cewek yang baru pindah dari Jakarta itu kamu lihat tak sabar. Bibirnya yang manyun mengisyaratkan untuk segera mendapat pencerahan.
"Vin ...,"
Kamu menyebut nama sahabat berpipi tembemmu itu dengan mengedipkan mata. Kamu mengatur letak duduk, bersiap mendengarkan celoteh Vina yang mulai mengambil nafas panjang.
"Jadi gini, Din. Si mata sipit ini punya kebiasaan meniup balon sampai meletus kalau lagi ada masalah. Karena dia orangnya introvert, suka dipendem sendiri masalahnya, padahal juga gak bakalan tumbuh meski dipupuk sekalipun. Nah, katanya, kalau balon itu udah meletus, dadanya bakalan plong."
Kamu melihat Vina yang sedikit memberi jeda, lalu menengok Dini yang terlihat sibuk dengan pikirannya sendiri. Seolah sedang mencerna atau menerka kelanjutan kisah Vina.
"Dan ..., Elu tahu, Din? Mulai kapan kebiasaan itu berlangsung?"
Tatapanmu beralih ke Dini, ia menggelengkan kepala.
"Mulai TK! Bisa ngebayangin enggak anehnya kebiasaannya si Noni ini?"
Kamu mengeluarkan tawa kecil sembari mengedarkan pandangan ke mereka berdua sebelum kembali menatap Vina yang tiba-tiba menggaruk kepala.
"Kamu tahu gak, Din? Bodohnya aku, pas kelas satu SD dulu pernah nyoba hal itu. Waktu itu, sehabis dijailin seorang temen, aku nyoba niup balon juga, sampe meletus. Bukannya lega, aku malah nangis gara-gara bibirku sakit."
Seketika tawamu dan Dini pecah mendengar pengakuan Vina dan ekspresinya yang selayak menyesali kebodohannya dulu. Tawamu tak bertahan lama, seketika kamu menutup mulut sembari menahan tawa saat bibir manyun Vina menghias wajahnya. Kamu pun memerhatikan, Dini melakukan hal serupa.
"Elo emang aneh, Non. Eh kalau gitu, Loe ada masalah apa? Kita boleh tahu kan? Ennn ... sebaiknya Elo hentikan deh kebiasaan itu, kan sudah ada kita-kita, oke?"
Kamu melihat senyum manis Vina yang meneduhkan. Kamu pun terdiam, kemudian mengangguk. Tanganmu mulai mengambil tas, dan menaruhnya di pangkuan. Perlahan kamu membuka resletingnya dengan membayangkan wajah kedua sahabatmu penasaran. Jari-jarimu lincah memilah buku-buku di dalam tas, dan mengambil sebuah amplop putih dengan segel gambar hati di ujung penutupnya. Kamu menunjukkan amplop itu kepada mereka.
"Surat Cinta?"
Teriakan mereka serempak, membuatmu terkejut dan bingung.
"Sssstt ..."
Telunjukmu menempel di depan bibir. Kamu mengisyaratkan untuk berkata lebih pelan.
Mereka tertawa kecil dan mengangguk. Tangan Vina mulai membuka isi amplop.
"What??? Dari Ketua OSIS."
Vina berteriak seolah lupa dengan isyaratmu tadi dan kamu menjawab hal itu dengan sebuah tepukan di jidat.
"Terus apa masalahnya? Keren, kan? Bukannya kamu juga suka?"
Matamu melotot ke arah Vina yang langsung menutup mulutnya dengan jemari yang penuh lemak.
"Aku gak mau pacaran dulu," jawabmu sembari menyeringaikan senyum khas dengan lesung yang menghiasi pipi.
"Oalah," kata mereka berbarengan.
Tamat
AM. Hafs

2 komentar:

  1. Halo Agus! :D

    Tulisanmu cukup menarik dan unik. Gaya penulisan sudut pandang kedua sangat jarang dilakukan, terakhir aku ingat pernah membacanya di buku Goosebumps edisi petualangan. Aku suka gaya ini. Next time, kamu bisa bereksperimen lagi dengan tulisan yang lebih panjang dan konflik yang lebih alot ya. Overall tulisanmu sudah bagus. :D

    Oh ya, aku owner dari CariPenulis.com (@CariPenulis_Com on Twitter)

    Semangat menulis! ;)

    BalasHapus
  2. Siap! (: Makasih, banyak, Kak. ^^

    BalasHapus

Anda pengunjung ke

Statistikku