Rabu, 25 Februari 2015

5 Hal yang Bisa Membuat Penulis 'Bunuh Diri'

Menulis seperti berkata. Menulis bisa membuat hidup kita lebih bermakna. Menulis bisa menjadikan nama kita abadi. Tapi, semua itu tergantung apa yang ditulis. Jika berupa kebaikan, ia akan menjadi umpan untuk kebaikan-kebaikan yang lain dan sebaliknya.

Menulis seperti berkata. Sudah seyogyanya, sebelum melempar tulisan ke publik, perlu dipikirkan manfaat dan mudharatnya. Agar tulisan tersebut tidak menjadi senjata makan tuan. Ini lah lima hal yang membuat penulis 'bunuh diri'?

1. Menulis Tanpa Riset
Sebagai penulis, bisa saja menulis sekehendak. Ibarat sedang bermain wayang penulis adalah dalang. Namun, perlulah kiranya memperhatikan aspek-aspek logika ketika menulis. Misal ketika ingin menulis tentang sebuah penyakit, maka yang kita perlukan adalah seorang narasumber terpercaya dan segala aspek yang berkenaan dengan penyakit tersebut. Karena jika asal menulis, dikhawatirkan tulisan tersebut akan menyesatkan pembaca. Dan itu akan membunuh sang penulis.

2. Menulis yang Tak Dikuasai
Misal Anda seorang guru, tentunya akan lebih mudah menulis tentang pendidikan, bukan? Sah sah saja jika ingin menulis tentang kehidupan atau profesi lain. Tapi waktu yang dibutuhkan juga pasti lebih lama. Karena pendalaman karakter bukanlah hal yang mudah. Jika Anda seorang penulis pemula yang terlalu berambisi dengan karya hebat. Maka siap-siaplah, obsesi itu bisa 'membunuh' Anda.

3. Akhlak yang Buruk
Seorang penulis, tak hanya akan dinilai dari tulisannya, tapi juga dari kepribadian. Semakin asik kepribadian penulis, semakin banyak relasi yang nyaman untuk berinteraksi. Sebaliknya, jika penulis terlalu angkuh, sombong atau memelihara tabiat buruk lainnya. Bersiaplah, nama itu akan tenggelam termakan karma. Namun, yang terpenting adalah menjadi diri sendiri. Karena kebaikan yang tulus dengan yang buatan itu bisa dirasakan hati.

4. Kurang produktif
Sama seperti pelaku seni lainnya. Ketika ia berhenti berkarya, maka namanya pun akan redup. Di sisi lain, jiwa seni itu bisa tumpul. Seperti pisau yang tak pernah dipakai. Jika ketidakproduktifan terus dibiarkan. Semakin lama tertidur, semakin sulit pula untuk membangunkannya. Maka, bersiaplah untuk melihat bakat Anda terbunuh pelan-pelan.

5. Plagiarisme
Polemik dalam berbagai sendi per'seni'an. Tak hanya tulisan, bahkan lagu, foto, sampai lukisan pun bisa menjadi objek jiplakan. Sebagai pemula, jangan coba-coba untuk melakukan hal ini. Karena, seorang penjiplak bagi pelaku seni sama seperti pembohong yang tentunya akan susah untuk dipercayai. Sekalipun pada akhirnya karya selanjutnya itu asli. Maka dari itu, ketika ingin mengambil karya orang lain, entah sebagai inspirasi atau sumber tulisan, jangan lupa sertakan catatan kaki. 

AM. Hafs
Malang, 25/02/2015

(Dirangkum dari berbagai event dan seminar kepenulisan yang pernah dihadiri)

5 komentar:

  1. Bener tuh. Penulis emang harus asik tapi punya etika juga harus rajin. Tulisan bagus tapi cuma setaun sekali ya bukan penulis namanya hahahaa ngoook

    BalasHapus
  2. hihihi ... belajar dan terus belajar ... huuuhaa ... :D

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. aduh gue ngerasa kesindiri dikit :D
    senjata makan tuan?? ahahah gue pernah sih dibully karena tulisan gue karena isi dalam tulisan itu bikin pro dan kontra tapi ya udah sih, meski nyesek , woles aja :p

    yang kurang produktif gue setuju, kalau punya bakat tapi gak dikembangin ya bakal mati perlahan-lahan, ibarat pisau yang gak diasah kali ya,,

    dan yang plagiarisme,, huhuhu dulu gue demen nyolong gambar di google, tanpa nyertain sumber,, maaf :( udah tobat ko :p

    BalasHapus
  5. Haai, salam kenal ^^

    Heheh, kesempatan kedua pasti ada. Kalau gambar, gue dulu juga pernah gitu. Tapi sekarang lebih milih bikin ilustrasi sendiri. Biar gak ribet. :D Makasih udah mampir ^^

    BalasHapus

Anda pengunjung ke

Statistikku