Jumat, 20 Februari 2015

Hikayat Pengembara

Dia menunggangi kaki
Menelanjangi puing-puing kehidupan
Tanpa sapa, pun lirikan
Membiarkan lidah bertapa
Sekehendak hati
Membiarkan entah berkelana
Tanpa menyapa, "Kau mentari ke berapa?"
Hanya menggulir dzikir, obati nestapa
Baginya, satu terang satu gelap
Tak lebih dari gulir roda
Terbit dan lenyap
Sisakan tanya, "Apakah kita tinggalkan noda?"
Dan ketika lelap menghisap wujud
Pun tubuhnya rebahkan lelah
Hatinya bersujud
Di hantaran sajadah dedoa
AM. Hafs
Malang, 19/02/2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku