Kamis, 27 Maret 2014

Penggemar Animasi Petualangan? Wajib baca!

Ketika sedang membaca buku "No Excuse", karya Isa Alamsyah (Penulis) yang kupinjam dari mbak Nia Azkina, di halaman 82 aku menemukan nama Diane Sawyer. Tiba-tiba "Ting!" Otakku memutar sebuah rekaman kejadian di masa lalu. Bukan, bukan tentang sosok Diane Sawyer, karena aku tidak mengenalnya. Ya, meskipun di buku itu disebutkan bahwa dia adalah artis Amerika, tetap saja aku baru mendengarnya sekarang.

Lalu apa hubungannya Diane Sawyer dengan kenangan masa laluku? Hemm, ya... coba hilangkan nama depannya. Tertinggal kata Sawyer, nama belakang dari tokoh utama sebuah film animasi di masa lalu. Ada yang tahu nama depannya?

Bagi anda penggemar kartun, yang sudah lahir sebelum atau pas tahun 1991 pasti tahu. Film seri ini pernah diputar di salah satu televisi swasta. Ada yang belum ingat? Atau belum tahu? Baik, kuberi 'clue' lagi. Ini film seri animasi yang mengisahkan tentang anak yatim piatu, bandel, suka berkhayal. Bagaimana? Sudah tahukah?

Belum tahu juga? Oh ada yang tahu? Wah, anda beruntung karena pernah menyaksikan film animasi petualangan yang berkualitas dan penuh pesan moral. Bagi anda yang belum tahu jangan kecewa, anda bisa mencari dan melihatnya di 'youtube' dengan kata kunci, 'Tom Sawyer'.
Ada juga versi 'box office' versi non animasi. Penasaran? Selamat mencari. Dan bagi anda yang pernah menontonnya, selamat bernostalgia.

AM. Hafs

Selasa, 25 Maret 2014

Mentoring Online bersama Rina Rinz (Penulis)

Ini adalah karya yang tersusun dari beberapa status estafet di facebook. Cerita tanpa konsep. Dan dalam tempo yang tak lebih dari satu jam.
Membuat karya seperti ini bertujuan untuk melatih tehnik menulis dan bercerita kita. Kuncinya hanya, tulisankan saja apa yang kamu pikirkan.
Tertarik untuk mencoba? Tapi sebelumnya, boleh baca dulu karya di bawah ini. Selamat membaca!

Izinkan Kau Kupanggil Kakak

Tentang sebuah nama, tentang sebuah sosok. Tangguh, dan mampu mengolah masalah menjadi permata. Tapi jangan salah, dia bukan penyihir pun lelaki berotot. Dia hanya seorang Ibu yang pandai merangkai kata.

Mengalirkan isi hati menjadi sungai-sungai aksara yang menyentuh dan berhikmah. Andai berkenan, aku ingin menjadikannya seorang Kakak. Tapi, sekarang aku hanya
mampu menyebutnya mentor.

Dia berkata padaku, gali terus konfliknya, tapi ternyata tak semudah apa yang terharap. Entah karena kurang fokus atau malah karena sebuah kemalasan. Keinginan untuk rutin menulis tiap hari hanya sekadar niat. Pagi ini kulihat statusnya di beranda, sedih. Lamat-lamat kubaca. Gigil hati dia bilang di tiap penghujung status. Apa sedang ada masalah? Atau sedang membuat novel baru? Begitu tanyaku.

Tak selang berapa lama, sebuah notifikasi muncul dari sebuah gambar globe mini di sudut kotak facebook. Satu pemberitahuan. Namaku, tertandai dalam sebuah status. Gigil Hati. Kata yang tadi mengisi dasar tiap postingannya, sekarang menjadi kata pembuka, Judul. Kubaca dari awal hingga akhir. Sebuah kisah yang terangkai dari status-status sebelumnya.

Di akhir, dia mengatakan "Ini cara melatih menulis tanpa konsep. Sekarang silahkan di coba. Tulis saja apa yang kamu pikirkan."
Aku pun mencoba, dan jadilah tulisan ini. Persembahan untuk salah satu orang yang kuanggap sebagai mentor.

Dan pagi ini, aku ingin mengudarakan pinta, "Berkenankah anda kupanggil Kakak?"
AM. Hafs
***
Selamat mencoba... :)

Minggu, 16 Maret 2014

Kemesraan ini, janganlah cepat berakhir

Sketsa kehidupan, tidak ada yang bisa terceritakan malam ini selain kunjunganku ke rumah Nenek dari Ibu, hari ini.

Aku berkunjung setelah kemarin mendapat kabar bahwa beliau sakit, terkena stroke ringan. Benar saja, yang terlihat tadi, penyakit itu melumpuhkan kaki sebelah kirinya. Kaki yang pada masa kecil dulu kupeluk, meminta perlindungan saat dimarahi Ibu. Kaki yang dulu menopang tubuhnya saat dia menggendongku. Kini jalannya tertatih. Mengakibatkan rasa sedih bergelayut di hati.

Namun, setiap hal pasti punya hikmah dan sisi positif. Dengan kondisi kaki seperti sekarang, Kakeklah yang menuntun saat Nenek ingin berpindah tempat. Apa artinya? Tidak, hanya sebuah contoh kemesraan yang terjaga sampai tua, indah bukan? Hehe.

Kini, hanya doa yang mampu kulayangkan, semoga Allah segera berimu kesembuhan... Nenek. Amin.

AM. Hafs

Jumat, 14 Maret 2014

Jangan Meludah, Nak...

Panas terik matahari tak cukup tangguh untuk membuat kebahagiaan ini luruh. Acara kopdar sebuah komunitas menulisku telah berjalan dengan lancar dan sukses. Semaraknya acara berasa lebih dengan hadirnya seorang tamu special, Ramaditya Adikara, penulis tunanetra yang telah menelurkan sebuah novel berjudul "Mata kedua".
***
Tak lama setelah acara usai, aku turut mengantarkan Mas Rama -begitu aku memanggilnya- menuju ke kediaman orang tua mbak Rina Rinz untuk menginap malam ini.
Matahari telah condong ke barat saat rombongan tiba di tempat. Tak menyiakan kesempatan, di sana aku bercengkerama dan membagi kisah lebih banyak dengan Mas Rama. Orangnya supel sekali, alhasil selama obrolan berlangsung dia yang lebih mendominasi, sedang aku hanya terkagum dengan wajahnya yang begitu ceria, seolah tanpa beban, padahal dia hanya mampu melihat hitam, buta dari lahir. Pantaslah jika Ia kini menjadi seorang motivator karena Ia seolah mampu menebar energi positif untuk orang di sekitarnya.
Di saat obrolan sedang asyik, Bianca, anak bungsu Mbak Rina keluar dari kamar. Ia merengek manja ke ibunya. Ketika Mbak Rina menenangkan Bianca, tiba-tiba saja Mas Rama tertawa, kami semua pun heran.
"Aku geli dan merasa lucu melihat segala tingkah anak-anak. Aku biasanya diompoli si Musa, ya gitu pengen ketawa. Karena mereka sebenarnya belum mengerti apa yang mereka lakukan."
Entah kenapa, kalimat itu terngiang-ngiang di media penyimpanan otak, hingga waktu mengantarkanku untuk pamit, berpisah dengan sosok yang penuh keceriaan itu. Bertemu dengannya sungguh mengubah hidupku, menambah rasa syukur dan semangat mengejar mimpi.

eL

eL

eL
kusebut namamu di antara riak-riak nafas ini

eL
Bukan nama dari masa lalu, tapi namamu
Nama yang saat ini memenuhi ruang hati
Nama yang kusebut dalam doa
Doa untuk sehatmu, suksesmu, dan ampunan dosamu
Pun kedua orangtuamu

eL
Tetaplah di jalan-Nya
Aku pun berusaha
Kelak, kita kan bertemu di sana

eL
dengar lirihku,
Hatiku jatuh pada samudera merah mudamu

eL
Jika saat ini rasaku dosa, dan sayangku salah, maka biarkan keduanya kusimpan dalam bait-bait doa
Agar kita selalu dalam tuntunan-Nya
Hingga takdir membuatnya halal
Halal bercengkrama, memadu kisah.

eL
Tersenyumlah

AM. Hafs,

Pangeran Semut to eL, Putri kupu-kupu

Kamis, 13 Maret 2014

Ujian Sekolah

Siswa-siswi mulai memasuki ruang ujian dengan tertib dan rapi, tak berapa lama setelah bel berbunyi.
Satu persatu Guru pengawas pun masuk ke ruang ujian, sesuai dengan jadwal yang tertempel di papan pengumuman seminggu yang lalu.
Tidak seperti saat Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) biasa, tak ada suara riuh, gaduh. Suasana sekolah ketika ujian hampir selalu sunyi.

Rabu, 12 Maret 2014

Perjuangan Semut

PERJUANGAN SEMUT

Seekor semut hitam beranjak dengan kalut. Baru saja sumringah karena menginjak usia dewasa, langsung mendapat tugas menjadi agen rahasia. Mengemban misi mencari makanan untuk koloni.
Pengalaman pertama, masih melangkah tak tentu arah. Memang, agen rahasia adalah pekerjaan mulia, tapi Ia juga tahu bagaimana bahayanya. Apalagi jika sudah bertemu dengan hewan yang lebih besar atau yang paling parah, bertemu manusia.

Semut imut tak bernyali ciut. Meski dari gurat wajahnya terlihat sedikit gundah, karena khwatir tak mampu menjalankan tugas dengan sempurna. Tapi hal itu tak berapa lama, segera dia baca doa keluar rumah dan melangkah dengan gagah.

Jauh sudah jarak termangsa langkah. Syukur alhamdulillah tak ada rintangan berarti, meski sumber makanan belum jua ditemui. Semut imut masih gigih. Ia terus saja mencari. Berbekal tawakkal dalam hati dan keyakinan bahwa ikhtiarnya tak akan sia-sia. Di suatu tempat, pasti rezeki dari-Nya tengah menanti.

Setelah mengelilingi lantai, kini ia beranjak ke sisi kiri. Merayap naik pada sebuah kursi.


“Aku lebih hebat dari cicak,” katanya bangga.


Sejurus kemudian ia sampai di puncak tertinggi. Diedarkan pandangan kesemua sisi. Terlihat di seberang sana seorang lelaki tengah sibuk dengan sebuah laptop merah

“Wah, sepertinya ahli IT.” Matanya berkaca-kaca, Bukan karena kagum pada lelaki berkacamata. Tapi pada benda disampingnya. Rezeki berupa remah roti.

“Makanaaaaan!” teriaknya girang.

Segera ia tulis kordinat beserta situasinya. Sisi tengah ruangan, di atas meja putih, jalur aman berada di arah jam 9 dari lubang sarang. Catatan : Waspada untuk lelaki berkaca mata. Ada tempat persembunyian di arah jam 3 dari target untuk antisisapi keadaan darurat. Lalu dikoreksinya kembali, karena jika salah maka semua pasukan bisa binasa. Dan …, ya, ada salah eja di sana yang tak sesuai dengan EYD (Ejaan Yang Disempurnakan), 'antisisapi' seharusnya 'antisipasi'. Cepat ia betulkan dan berlari dengan kencang ke lubang sarang.

Dengan nafas tersengal ia memasuki sarang, berteriak dan seketika menjadi pusat perhatian.

“Komandaaaaan!, Komandan!” teriaknya heboh. Seperti ekspresi anak kecil ketika mendapat hadiah kejutan, Sesaat kemudian sang Komandan menghampiri dengan gagah.

“Berhenti berteriak!” sergahnya.

“Ma… af, Ko-ko-mandan,” jawab semut imut sambil mengatur nafas. Diserahkan catatan tentang lokasi makanan tadi pada Komandan. Komandan mengambil kertas itu dan mulai membaca seperti seorang guru yang sedang mengoreksi tugas sekolah.

“Tulisan rapi, informasi lengkap, dan apa ini?” batinnya. Dilihat sebuah kata dengan sebuah coretan satu garis horizontal.

Ajeg (Dalam Menulis) -sebuah tips-

Ajeg atau jejeg, yang dalam bahasa Indonesia bermakna tetap atau berdiri tegak. Sedang secara tersirat makna ajeg sendiri adalah suatu sifat yang konsisten, menegakkan rutinitas atau menjaga ke-istiqomah-an sebuah perbuatan.

Ajeg, sebuah kata yang apabila diaplikasikan dalam hidup membutuhkan kedisiplinan. Seseorang harus benar-benar tegas mengatur waktu agar tidak ada kelalaian atau 'pembolosan'.

Ajeg merupakan modal utama bagi para pemimpi. Karena mereka dituntut untuk secara rutin dan terus menerus berusaha mengejarnya dengan sebaik mungkin jika ingin mimpinya terwujud.

Dalam hal ibadah pun demikian. Ajeg adalah hal wajib yang harus dimiliki. Misal, seperti sholat lima waktu, wajib dikerjakan secara rutin tanpa bolong-bolong setiap harinya. Hal tersebut tak mungkin bisa didirikan dengan baik apabila kita tidak mempunyai displin tinggi.

Kembali ke mimpi. Mengingat mimpiku adalah ingin menjadi penulis. Maka, aku seharusnya rutin menulis sebagai 'practice', minimal satu tulisan per hari.
Tapi pada kenyataannya begitu sulit kurasakan. Terbukti dengan tidak adanya tulisan yang terpublish dalam beberapa pekan terakhir.
Hal semacam ini tidak boleh dibiarkan, karena hanya akan menghambat langkah mewujudkan mimpi. Karena itu aku mulai merenung, mencari penyebab kenapa aku tak mampu ber'ajeg' dalam menulis.

Nah, melalui tulisan ini aku ingin berbagi beberapa hal yang 'kuanggap' membuat diri ini sulit untuk 'ajeg' atau rutin dalam menulis. Dan bukan tidak mungkin dialami juga oleh pembaca atau penulis pemula.
Beberapa hal tersebut di antaranya,

1. Terlalu terobsesi untuk membuat tulisan yang bagus.
2. Kurangnya disiplin diri. Termasuk suka membuang waktu.
3. Tidak segera mencatat ide yang muncul.
4. Membiarkan rasa malas melenakan tubuh.

Dari kendala-kendala itu satu persatu mulai kucari pemecahannya. Sehingga kutemukan solusi sebagai berikut,

1. Kalau mau menulis, menulis saja. Curahkan apa yang ada dalam pikiran tanpa perlu memikirkan hal-hal teknis seperti EYD, opening menarik, isi yang cetar, ending yang berkesan dan hal teknis lainnya. Tips ini aku dapat dari seorang Asma Nadia (Penulis, Novelist) saat kegiatan Kopdar komunitas menulis (KBM) Regional Malang. Apakah berarti asal-asalan? Kalau pemula mungkin 'terlihat' asal-asalan, namun tidak perlu risau. Karena dari semua hal yang asal-asalan itu kita akan belajar bagaimana menulis yang baik. Pada akhirnya, saat kita telah mampu menguasai tehnik menulis, tulisan itu akan tertata dengan sendirinya. Dan mengalir sesuai tingkat kemampuan dan 'feel' kita sebagai penulis.
Mungkin ada pertanyaan, "Bagaimana caranya agar meski kita penulis pemula namun tulisannya tidak 'terlihat' asal-asalan?"
Jawabannya sama, tulis saja yang kamu pikirkan, dan selesaikan. Baru setelah itu baca kembali dan edit. Seperti tips dari seorang Husnun N Djuraid (editor Malang Post), "Jangan menulis seperti seorang yang sedang membuat surat cinta, menulis dan dibuang saat merasa kurang bagus. Tapi tulislah, selesaikan, baru diperbaiki atau diedit." Ingat, "Practice makes perfect not theory makes perfect."
2. Yang nomor dua ini butuh ketegasan diri. Membiasakan diri untuk disiplin. Dalam hal menulis kita bisa memulainya dengan memberi alokasi atau jadwal khusus untuk menulis. Misal, dini hari sebelum subuh, atau malam hari menjelang tidur dengan target awal 500 kata misalnya. Dengan habits seperti itu kita akan bisa 'ajeg'.
3. Ide, biasanya semakin hilang saat dicari, karena lebih suka muncul secara tiba-tiba. Karena itu banyak penulis-penulis hebat yang menyarankan untuk membawa sebuah alat tulis dan buku catatan kecil. Gunanya adalah untuk merekam ide yang muncul secara tiba-tiba sebelum kita tuang menjadi tulisan utuh. Dan hal yang paling penting untuk memancing 'ide' yakni banyak-banyaklah membaca. Bukan hanya membaca tulisan atau buku. Namun lebih luas lagi bacalah keadaan, orang-orang, dan lingkungan di sekitarmu. Atau dalam kata lain cobalah lebih 'peka'. Seorang Isa Alamsyah (Penulis)  berkata, "Membaca adalah kuliahnya penulis."
4. Rasa malas, ini yang menjadi musuh utama penulis. Penghambat sekaligus pembunuh mimpi. Banyak yang merasa sulit untuk menaklukkannya. Tapi tak perlu khawatir. Dalam pengalamanku, rasa malas ini akan bisa dengan mudah dilenyapkan saat kita telah mampu melakukan point 1-3 dengan benar.

Itulah beberapa hal yang kurasakan dan ingin kubagikan selama menjalani masa sebagai penulis pemula sampai saat ini. Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca yang juga mulai menapaki dunia kepenulisan.

AM Hafs road to be a writer and an author.

Sampai kapan?

Sampai di awan mana
Hingga fajar kelabu berani menari?
Fajar beranggap berbercak
Masih di balik bukit hati
Masih saja sembunyi, kerdil

Sampai di detik mana
Fajar memandang noda
Noda semu tapi palsu
Teranggap nyata
Padahal nikmat hikmah

Tuhan...
Layang melayang denting munajah
Lukis hikmah pada sadarnya
Bahwa rupa merah merona
Megah di pancar cahya mulya-Mu
Agar
Kembali langkahnya menjejak panggung pagi
Menari syukur riang hati

AM. Hafs

Senin, 03 Maret 2014

Masihkah sama?

Masihkah sama?
Jika
Keningmu tak mencumbu sajadah
Lisan tak memuji ke-Maha Tinggi-an-Nya
Telapak tak menopang tubuh
Lutut tak bertekuk
Dan jari kaki tak menjejak dalam sujud
Sehari saja...

Bedakan
Masihkah sama
Jika
Matamu tak memandang
Lisanmu tak berbincang
Tanganmu tak memegang
Kakimu tak berjalan bersandingan
pada wanita atau pria tercinta
Sehari saja...

Masihkah sama
Jika
Rabbmu tak pedulikan
Dan bisa terbayang
Hal yang mungkin terjadi
Dicabutnya kenikmatan
Pandangan
Pendengaran
Perasaan
hingga kau seperti
Mayat disegel nisan
Sehari saja

Bandingkan
Jika
Kau tak dipedulikan
Wanitamu
Atau
Priamu
sehari saja
Bagaimana hatimu?
Masihkah sama?

Malang, 03/03/2014

AM. Hafs

Anda pengunjung ke

Statistikku