Rabu, 12 Maret 2014

Ajeg (Dalam Menulis) -sebuah tips-

Ajeg atau jejeg, yang dalam bahasa Indonesia bermakna tetap atau berdiri tegak. Sedang secara tersirat makna ajeg sendiri adalah suatu sifat yang konsisten, menegakkan rutinitas atau menjaga ke-istiqomah-an sebuah perbuatan.

Ajeg, sebuah kata yang apabila diaplikasikan dalam hidup membutuhkan kedisiplinan. Seseorang harus benar-benar tegas mengatur waktu agar tidak ada kelalaian atau 'pembolosan'.

Ajeg merupakan modal utama bagi para pemimpi. Karena mereka dituntut untuk secara rutin dan terus menerus berusaha mengejarnya dengan sebaik mungkin jika ingin mimpinya terwujud.

Dalam hal ibadah pun demikian. Ajeg adalah hal wajib yang harus dimiliki. Misal, seperti sholat lima waktu, wajib dikerjakan secara rutin tanpa bolong-bolong setiap harinya. Hal tersebut tak mungkin bisa didirikan dengan baik apabila kita tidak mempunyai displin tinggi.

Kembali ke mimpi. Mengingat mimpiku adalah ingin menjadi penulis. Maka, aku seharusnya rutin menulis sebagai 'practice', minimal satu tulisan per hari.
Tapi pada kenyataannya begitu sulit kurasakan. Terbukti dengan tidak adanya tulisan yang terpublish dalam beberapa pekan terakhir.
Hal semacam ini tidak boleh dibiarkan, karena hanya akan menghambat langkah mewujudkan mimpi. Karena itu aku mulai merenung, mencari penyebab kenapa aku tak mampu ber'ajeg' dalam menulis.

Nah, melalui tulisan ini aku ingin berbagi beberapa hal yang 'kuanggap' membuat diri ini sulit untuk 'ajeg' atau rutin dalam menulis. Dan bukan tidak mungkin dialami juga oleh pembaca atau penulis pemula.
Beberapa hal tersebut di antaranya,

1. Terlalu terobsesi untuk membuat tulisan yang bagus.
2. Kurangnya disiplin diri. Termasuk suka membuang waktu.
3. Tidak segera mencatat ide yang muncul.
4. Membiarkan rasa malas melenakan tubuh.

Dari kendala-kendala itu satu persatu mulai kucari pemecahannya. Sehingga kutemukan solusi sebagai berikut,

1. Kalau mau menulis, menulis saja. Curahkan apa yang ada dalam pikiran tanpa perlu memikirkan hal-hal teknis seperti EYD, opening menarik, isi yang cetar, ending yang berkesan dan hal teknis lainnya. Tips ini aku dapat dari seorang Asma Nadia (Penulis, Novelist) saat kegiatan Kopdar komunitas menulis (KBM) Regional Malang. Apakah berarti asal-asalan? Kalau pemula mungkin 'terlihat' asal-asalan, namun tidak perlu risau. Karena dari semua hal yang asal-asalan itu kita akan belajar bagaimana menulis yang baik. Pada akhirnya, saat kita telah mampu menguasai tehnik menulis, tulisan itu akan tertata dengan sendirinya. Dan mengalir sesuai tingkat kemampuan dan 'feel' kita sebagai penulis.
Mungkin ada pertanyaan, "Bagaimana caranya agar meski kita penulis pemula namun tulisannya tidak 'terlihat' asal-asalan?"
Jawabannya sama, tulis saja yang kamu pikirkan, dan selesaikan. Baru setelah itu baca kembali dan edit. Seperti tips dari seorang Husnun N Djuraid (editor Malang Post), "Jangan menulis seperti seorang yang sedang membuat surat cinta, menulis dan dibuang saat merasa kurang bagus. Tapi tulislah, selesaikan, baru diperbaiki atau diedit." Ingat, "Practice makes perfect not theory makes perfect."
2. Yang nomor dua ini butuh ketegasan diri. Membiasakan diri untuk disiplin. Dalam hal menulis kita bisa memulainya dengan memberi alokasi atau jadwal khusus untuk menulis. Misal, dini hari sebelum subuh, atau malam hari menjelang tidur dengan target awal 500 kata misalnya. Dengan habits seperti itu kita akan bisa 'ajeg'.
3. Ide, biasanya semakin hilang saat dicari, karena lebih suka muncul secara tiba-tiba. Karena itu banyak penulis-penulis hebat yang menyarankan untuk membawa sebuah alat tulis dan buku catatan kecil. Gunanya adalah untuk merekam ide yang muncul secara tiba-tiba sebelum kita tuang menjadi tulisan utuh. Dan hal yang paling penting untuk memancing 'ide' yakni banyak-banyaklah membaca. Bukan hanya membaca tulisan atau buku. Namun lebih luas lagi bacalah keadaan, orang-orang, dan lingkungan di sekitarmu. Atau dalam kata lain cobalah lebih 'peka'. Seorang Isa Alamsyah (Penulis)  berkata, "Membaca adalah kuliahnya penulis."
4. Rasa malas, ini yang menjadi musuh utama penulis. Penghambat sekaligus pembunuh mimpi. Banyak yang merasa sulit untuk menaklukkannya. Tapi tak perlu khawatir. Dalam pengalamanku, rasa malas ini akan bisa dengan mudah dilenyapkan saat kita telah mampu melakukan point 1-3 dengan benar.

Itulah beberapa hal yang kurasakan dan ingin kubagikan selama menjalani masa sebagai penulis pemula sampai saat ini. Semoga bisa bermanfaat bagi pembaca yang juga mulai menapaki dunia kepenulisan.

AM Hafs road to be a writer and an author.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku