Minggu, 28 September 2014

Ini Cinta atau Rindu, Dinda?

Aku tak punya selain dendang rindu
Mengalun di ujung-ujung hentak jemariku
Aku tak mendengar selain bait-bait rindu
dari sunyi di ujung-ujung getar hatiku

Kumpulan Status Facebook Tentang Rindu

Apa buruknya rindu? Sedang di tiap sakitnya mampu membuatku kecapkan hamdalah. ~AM. Hafs

Jangan kau tanya tentang cinta, Dinda. Yang kugenggam kini hanya rindu ... dan sebait lirik lagu Letto, "Walau tak kupunya, tapi kupercaya cinta itu indah." ~AM. Hafs

Pujangga itu pembohong ulung. Sajaknya bisa jadi tentang rindu. Tapi apa tahu? Rindu milik siapa? Bisa jadi itu rindu milik kawannya yang menginspirasi atau tetangga, adik? Ah siapapun. Bahkan kerinduan tokek yang tengah menanti pasangannya pun mampu dilukisnya. Seolah dialah yang tengah merindu. Tapi tidak denganku, Dinda. Rindu ini hanya untukmu, bidadari duniaku yang entah kapan kita kan dipertemukan. ~AM. Hafs

Kamis, 25 September 2014

Sedikit Perbedaan Blogspot dengan Wordpress

Baru-baru saja aku mencoba aktivitas blogging menggunakan wordpress. Setelah beberapa bulan ini membagi tulisan lewat blogspot. Awalnya sedikit kebingungan. Dasbor wordpress sedikit rumit, sebab memiliki dua tampilan. Aku sebut saja tampilan lama dan baru. Perbedaannya hanya pada sisi efektivitas.

Dalam tampilan lama, kotak entri postnya mirip di blogspot, sedang dalam tampilan baru lebih elegan. Namun jangan sekali-kali menyunting postingan melalui tampian baru, karena pengalamanku kemarin, postingan tetap tidak berubah. Wordpress punya kelebihan di kolom entry, yakni fitur "baca selengkapnya", yang apabila digunakan di sembarang tempat, tidak akan memotong kalimat. Berbeda dengan Blogspot, yang fungsinya lebih mirip enter. Jadi kita tidak bisa memasangnya di tengah kata atau kalimat.

Rabu, 24 September 2014

Tentang Kehilangan

Berbicara tentang kehilangan, sebenarnya hidupku ini unik. Karena aku dikelilingi orang yang "tidak umum", yakni orang-orang yang di saat mereka kehilangan, mereka tak bersedih, terkadang malah bersyukur. Seperti cerita guruku kala bertandang ke rumah temannya di Jawa Tengah.
Guruku bercerita, sewaktu kunjungan itu, Ayah dari temannya tengah dalam perjalanan ke Kalimantan untuk sebuah urusan bisnis. Namun, tak selang berapa lama sosok yang dibicarakan datang. Ibu dari teman guruku pun bertanya,

"Lho, kok belum berangkat, Bi?"

Senin, 22 September 2014

Gila Baca

"Musashi" Sebuah judul novel terjemahan dari Jepang. Aku baca ulang sembari menunggu bus kantor datang. Aku baca ulang seperti kata-kataku dulu, ketika sedang menghabiskan waktu liburan bersama Deon di kamarnya. Ah, jadi teringat lagi percakapan itu.

***
"Heh? Udah selese?" Mata Deon terbelalak.

"Yep, hehe. Kenapa emang?"

"Gak, kasihan aja ama penulisnya, bikinnya 2 tahun loe habisin cuma 2 jam."

"Haha, ntar gue ulang kok. Baca awal cuma buat ngerti alur cerita. Baca kedua menggali beberapa makna yang tersirat."

"Tapi ... 800 lembar 2 jam? Ah you're crazy, Maan!" Ia menatap tak percaya.

***
Itu adalah canda tawa terakhirku dengannya. Semoga kuu tenang di surga kawan.

AM. Hafs

Jangan Ucapkan Selamat Tinggal

Jangan ucapkan selamat tinggal! Jika hatimu masih mengintip senyumnya dari balik awan.

Jangan ucapkan selamat tinggal! Jika senyumnya masih kau peluk dalam mimpi dan angan.

Jangan ucapkan selamat tinggal! Jika bulir air matamu masih menyimpan pantulan senyumnya. Dan gendang telingamu masih merekam tawa renyahnya. 

Beranjak Bijak

Kekecewaan yang meluluhlantakkan tulang-tulang perasaan. Tak seharusnya terjadi. Biarlah duri-duri racun kehidupan itu hanya menyentuh kulit, tanpa perlu menelusup ke palung. Karena kehidupanmu tak sesunyi kuburan malam Jumat. 
Lihatlah, masih ada pelita-pelita asa. Di antara sabit sabit seperempat malam. Yang akan menerangimu. Yang akan melindungimu. Dari rasa takut akan lolongan fitnah. Atau dari bayangan cacing-cacing makam yang siap menyantap kerapuhan jiwamu.
Sadarilah, banyak hal yang masih terseduh manis, semanis susu coklat pagi ini. Syukuri, yang hilang pasti berganti. Yang ada kian mewangi. Dan mimpi ... genggam dengan ikhtiar yang lebih keras lagi.

AM. Hafs
Singosari, 20 September 2014

Sholat Duhur Berapa Kali?


"David udah sholat ta? Mas Agus mau sholat duhur dulu."

"Bentar lagi." 

Bocah lima tahun itu tengah asyik nonton film Cars di laptopku. Aku pun beranjak ke kamar mandi. Ketika hendak mengambil wudhu, kepala si David melongok ke dalam kamar mandi.

"Aku mau sholat juga wes. Berapa kali?"

Aku bingung dengan pertanyaannya, apanya yang berapa kali? Tapi reflek kujawab empat. Karena berpikir yang dimaksud pasti rokaatnya.

"Wah, Mas Agus bohong."

Nah lho? Aku jadi bingung. Langsung kuralat. "Eh, satu kali."

Sekarang dianya yang bingung. Kepalanya menghilang dari pandangan. Sejenak kemudian terdengar teriakannya.

"Buuuk, sholatnya berapa kali?"

Dinda

Dinda ...
Remah-remah kisah beradu pada bebintang nan jauh. Tak tahu apa hendak diucap. Hanya jemari yang berloncatan, menyusun tiap kekata. Kosong atau kebingungan? Entah. Yang pasti, Dinda ... bekas-bekas senyummu menolak untuk berpisah.

Rabu, 17 September 2014

Kepedihan di Bulan yang Mulia

Pada jejak waktu di 11 Ramadhan 1432, atau 11 Agustus 2011, aku mengalami pengalaman kehilangan yang paling menyedihkan. Pada hari itu, seorang pemuda menghembuskan nafas terakhirnya di usia yang begitu muda, 21 tahun. Dia adalah teman yang juga kakak kelasku.

Masih teringat jelas bagaimana aku mendengar berita kematiannya selepas sahur. Kala itu, aku tengah menunggu waktu subuh, ketika kakakku yang sedang menonton televisi di lantai bawah mendapat panggilan telepon. Sebuah panggilan yang mengantarkan berita duka itu.

Minggu, 14 September 2014

Antara Padi, Orang Bodoh, Pintar dan Mengerti.

Aku sedang duduk di teras belakang kantor REMAS, ketika salah seorang teman menghampiri. Sekarang kelas X SMA, tapi wajahnya tetap lucu, berpipi tembem dan bertubuh gendut. Setelah berucap salam dia duduk di sampingku.

"Sedang apa, Mas?"

Senin, 08 September 2014

~ * Aku Bukan Kamu * ~ (Revisi Karya Susie Salwa)

Aku bukan kamu
Mengejar cinta hingga muara
Aku, hanya membatu menikmati cinta
Aku bukan kamu
Membiarkan cinta berlayar tanpa arah
Aku, mendekapnya hingga berakhir nafas di jiwa
Aku bukan kamu
Dengan mudah memetik bunga lainnya
Aku, menggenggam satu bunga dalam vas terindah
Aku bukan kamu
Menulis janji di tepi pasir pantai
Aku, mengukir janji di batu nurani
Aku bukan kamu
Mudah terpana pada macam bintang
Aku, memilih memeluk bulan hingga bayang menghilang
Malang, 26 Desember 2013
AM. Hafs

Quote Cintaku


Cinta itu seribu warna. Tapi tak semua mampu memandangnya utuh. Umumnya hanya memandang sebagian. Karena berbagai faktor, seperti, umur, kondisi kejiwaan, dan juga situasi.

Sebagai contoh, remaja putri, menganggap cinta berwarna merah muda. Karena warna itu memang identik dengan kaum mereka, jadilah yang terpandang hanya merah muda. Sedangkan remaja laki-laki lebih ke warna merah. Mungkin karena faktor mawar merah. Simbol Romantisme. Atau bisa jadi sebagai simbol keberanian, berani menghadapi mertua, hehehe.

Ada juga beberapa orang yang memandang cinta itu putih. Karena golongan tersebut menganggap cinta itu suci. Yang mengherankan ada yang menganggap cinta itu hitam. "Lho kok bisa?" iya, karena dia lagi patah hati hehe....

Selama ini cinta masih lekat atau identik dengan hubungan antara dua orang. Jadi yang terlihat cuma satu warna. Namun ada yang melihatnya seperti pelangi, berbagai warna.

"Apa benar ada yang memandang seperti itu?"

Ada, karena orang-orang jenis tersebut memandang cinta lebih luas. Dari berbagai sudut dan rupa, seperti yang diungkapkan bu Neny Suswati, ada cinta Allah, cinta Rasul, cinta Islam, cinta ilmu, cinta ortu, cinta anak, cinta sahabat, cinta pemimpin, cinta pasangan, cinta alam, cinta profesi. Semua butuh cinta untuk indahnya kehidupan.

"Lalu, siapa yang mampu memandang cinta secara utuh?"

Emm... Mungkin saja anda. Karena menurut hemat penulis, pandangan tentang cinta berbanding lurus dengan cara berpikir dan ilmu yang dimiliki atau dipahami.

Yang jadi pertanyaan,
"Apa warna cinta menurut anda?

Let your heart see it ;)

update :

1. Emil Febiyani Sukmaindah : "Boleh kasih masukkan? kenapa ga pakai warna putih atau merah muda. selama ini warna itu menunjukkan cinta. putih tanda kesucian cinta, merah muda itu identik dgn cinta."

2. Richie Permana Ardiansyah : "Kalo menurutku cinta itu tak punya warna. Aku tak menyebutnya berwarna hitam, melainkan gelap. Karena cinta itu sudah membuatakanku. Dan orang yang buta tak mengenal warna hitam. Yang ia tahu hanya gelap. Ya, kegelapan.
asiiiik..."

3. Neny Suswati : "Jadi jangan marah kalau dihatinya ada seribu cinta, he he..." Karena, "cinta Allah, cinta Rasul, cinta Islam, cinta ilmu, cinta ortu, cinta anak, cinta sahabat, cinta pemimpin, cinta pasangan, cinta alam, cinta profesi,semua butuh cinta untuk indahnya kehidupan."

4. Bemby Khanza : "Cinta itu nafsu" (Nah lho nafsu warnanya apa???)

5. Ughie HS : "Cinta itu Pelangi, sebab pelangi itu adalah cahaya putih yang terdifraksi menjadi beberapa cahaya dengan panjang gelombang yang berbeda
sama... cinta itu berbagai rasa, berbagai frekuensi, memiliki cepat rambat yang berbeda sesuai warnanya. terkadang kita harus merasakan merahnya, jingganya, birunya, bahkan ungu dan nilanya...
keindahannya tergantung pada bagaimana kita mengapresiasi "kelebihan" dan "kekurangan"nya."

6. Dhona Dhani : "Warna cintaku pelangi."

7. Alfin Bach Rum : "Cinta ya cinta apa yang akan disandingkan menjadi indah, mungkin ketika cinta bertemu tukang cat akan lebih berwarna dan bila bertemu tukang jagal akan menjadi pembantaian cinta."

8. Susie salwa : "Cinta itu persahabatan.. warnanya biru menenangkan, mendamaikan."

9. Wiro Toraja : "Warna cinta ibarat bunglon, dimana ia singgah begitulah warnanya."

10. Miela Baisuni : "Cinta itu coklat. Selalu manis
dan gak jarang juga pahit :D"

11. .Asih Zaeni : Cinta? Apa itu cinta? Aku tak punya cinta, karena CINTA hanya milik-Nya, yang dititipkan di hati, rasa, nafsu, dan amarah.
Warna cinta ? Apakah warna itu penting bagimu? Cinta kadang tak berwarna, karena dia datang tanpa diduga, kepada siapa saja. CINTA..

Quote Cintaku (Draft)

Cinta itu seribu warna. Tapi
tak semua mampu
memandangnya utuh.
Banyak yang sok tahu, hanya
karena melihat warna biru
dari cinta, dia mengatakan cinta itu biru. Begitu juga ada
yang memandang warna
merah dari cinta, lalu
mengatakan cinta itu merah.
Padahal, sekali lagi, cinta itu seribu
warna, hanya bisa dipandang utuh dengan ilmu.

AM. Hafs
Singosari, 24122013

Tawakkal

Oleh : AM. Hafs

Bunuh aku di kesendirian
di detik itu si sakit tak punya daya
tikaman dan cacian adalah hampa
detik itu ku rasa lepas tubuh dari nyawa
kau boleh acungkan jari tengah
tapi bawalah kecewa pulang dari dunia fana
dengan kalam kuberpeluk malam
diri ini bercakap dengan pemiliknya
kau siapa dengan melakukan apa
hanya hakikat tanpa makna
rubuh bersimpah darah hanya kata mata
diri ini sudah terlena jauh
bermunajah, bercengkerama,
duhai pemilik keindahan
aku dipeluk-Mu adalah anugerah

Malang, 24 Oktober 2013

Sajak Tentang Senyawa Kimia


Oleh : AM. Hafs

Senyawa Alkil Alkana Alkena
Kemudahan ganda
Setelah hadirnya kesulitan
Air, (H20)
Mendua dengan adilnya, tak seperti lelaki
Ozon, (O3) tiga sekawan
Sehati, saling melindungi
Natrium Clorida (NaCL) Garam,
Satu cinta, Setia
Menyebar keseluruh samudera
Asam Clorida (HCl)
Satu hati satu cinta
Jangan coba dekati, berbahaya
Menyengat para pengkhianat.
Oksigen (O2)
Berdua, menyebar cinta
Pada nafas kehidupan
Asam Sulfat (H2SO4)
Cinta segi enam
Selalu panas, dibakar cemburu
Glukosa (C6H12O6),
Sederhana, pemanis hidup
Layaknya senyum di wajahmu

Malang, 19/12/2013

*Sebagian senyawa yang
masih kukenang dari
pelajaran SMA. Rindu kalian
semua. Jurusan IPA merapat.

Puisi Matematika

Oleh : AM. Hafs

Cinta bukan penjumlahan
Karena hasilnya tak bisa ditentukan pasti
Cinta bukan pengurangan
Karena cinta melahirkan buah hati
Cinta bukan perkalian
Karena cinta menggandakan diri tak pasti
Cinta bukan pembagian
Karena hati istri lazimnya tak mau dibagi
Tapi ini bukan tentang cinta
Melainkan tentang sebuah janji
yang harus ditepati
Waktunyapun tak bisa ditambah, dikurangi, dikali atau dibagi.
Jika itu dilakukan
Kita kan terperosok dalam jurang kemunafikan.

Malang, 16 Desember 2013


Ketika Sastrawati Bermain Angka

Di sudut ruang kantor, Guru muda tengah dirundung gusar. Tergambar  dari cara mengamati jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Padahal berapakali pun dilihat, jam itu hanya akan menampilkan 3 jarum, yang berputar di 12 angka. Mungkin tak hanya dia, hampir semua orang yang dalam penantian melakukan hal yang sama.
Melihat gelagat itu, Pak Tadi mencoba mencari tahu. Waka Kurikulum itu meninggalkan kursi empuk, menerkam jarak, mendekati si Guru muda.

"Ada apa gerangan? Kulihat kegamangan bergelayut di matamu, Bu." Pak Tadi melempar perhatian, sopan.

Andai Ibuku Penulis


Andai Ibuku seorang Penulis, mungkin telah terekam bagaimana aku berguling di tanah. Menangis, menjerit dan meraung, saat permintaan untuk dibelikan mainan tak dipenuhi.
Andai Ibuku seorang Penulis, beliau pasti menceritakan tentang celotehku sewaktu baru bisa membaca. Membisingkan penghuni angkot dengan mengeja beragam pamflet, banner dan berbagai tulisan di sepanjang perjalanan menuju pasar.

Surat Ijin (Sakit) Anak Sastrawan












Kepada yang terhormat
Sang Pendidik empunya singgasana kelas 12 Bahasa.
di titik muka bumi

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Bersama hadirnya untaian kata ini di tangkapan netra Anda, Sang Penyampai. Kami, perdu dari seorang putra yang padanya tersemat nama : AM. Hafs, penghuni kelas 12 Bahasa, ingin melayangkan kabar bahwa, dia yang menduduki nomor presensi satu itu, tidak mampu mengikuti rapalan petuah ilmu pada hari ini. Sebab, dia kini tengah tergolek lemah di tempat tidur. Bergulat dengan rasa sakit.

Berkenaan dengan hal tersebut, kami pun melambungkan harap agar Bapak menerbitkan ijin dan maklum atas untaian kabar ini. Selanjutnya derai ribuan syukur terima kasih atas perhatiannya kami haturkan

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Tertanda
Wali Murid
Muhammad AR

Sumber gambar : google.com

Rabu, 03 September 2014

Jangan Sombong!

Seorang hafidz tengah berada di stadion. Menyaksikan pertandingan sepak bola. Di tengah keadaan itu tiba-tiba terbesit dalam hatinya, dari sekian banyak orang di sini, sepertinya hanya aku yang hafidz. Dadanya dipenuhi rasa bangga.

10 menit sebelum kick off ada seseorang yang menyapanya, "Mas Bilal?"

"Lho, iya, kok tahu?" Wajahnya tak asing. Dia mencoba mengingat-ingat.

"Aku Anwar, Mas. Adik tingkat di pesantren tahfidz Raudhatul Ulum, ingat?"

"Oh, masya Allah, iya ingat. Apa kabar? Sudah selesai hafalanmu?" Ada bahagia yang merona di hatinya. Bertemu dengan kawan se-almamater.

"Alhamdulillah, baik Mas. Baru seminggu yang lalu aku boyong."

Deg, Astaghfirulloh, Ampuni kesombonganku tadi Ya Rabb, Batinnya menjerit. Allah Maha Mengetahui.

AM. Hafs

Senin, 01 September 2014

Elegi Kemerdekaan

Oleh : AM. Hafs

Berdebum,
Bagai kapuk dilempar batu
Tercecer beberapa tubuh Para Syuhada,
Namun, tak surut langkah mereka
Mati satu tumbuh seribu
"Merdeka atau mati, Allahu Akbar!"
Pekik bersautan, maju tanpa ragu
Membuat musuh gentar

Anda pengunjung ke

Statistikku