Jangan kau tanya tentang cinta, Dinda. Yang kugenggam kini hanya rindu ... dan sebait lirik lagu Letto, "Walau tak kupunya, tapi kupercaya cinta itu indah." ~AM. Hafs
Pujangga itu pembohong ulung. Sajaknya bisa jadi tentang rindu. Tapi apa tahu? Rindu milik siapa? Bisa jadi itu rindu milik kawannya yang menginspirasi atau tetangga, adik? Ah siapapun. Bahkan kerinduan tokek yang tengah menanti pasangannya pun mampu dilukisnya. Seolah dialah yang tengah merindu. Tapi tidak denganku, Dinda. Rindu ini hanya untukmu, bidadari duniaku yang entah kapan kita kan dipertemukan. ~AM. Hafs
Tidak pada suatu hari, dan tidak pada masa lalu atau nanti. Namun, rindu itu semerbak saat ini, Dinda. ~AM. Hafs
Bagaimana kau gambarkan rindu? Apa seperti rumput yang tengah menanti duka sang langit? ~AM. Hafs
Aku tak punya, Cinta.
Aku tak punya cinta, Dinda. Yang kupunya hanya berjuta rindu bertanda tanya.
Aku tak punya cinta, Kasih. Yang kupunya hanya gelora 'tuk menggenggam erat jemarimu, menuju ridho-Nya.
Aku tak punya, cinta, Sayang. Yang kupunya hanya jemari pengusap air yang beranak sungai di ujung sedihmu.
Aku tak punya cinta, Manis. Yang kupunya hanya lengkungan senyum, pembalas dari sabitmu yang terlukis.
Aku tak punya cinta, karena cintaku tengah menengadah, mengharap balasan Sang Pemilik Surga.
~AM. Hafs
Menggengam Ilusi Rindu
Menangkap selembar lentikmu melalui ujung retina di genggamku, membongkahkan selaksa renjana. Menelusup ke dalam enam pengindera. Buatku terbayang simpul manis di pejamku. Tendengar gelakmu di sepiku, Terbaui aroma khas hadirmu. Terasakan hangat pelukmu.
Dinda ...
Di manapun kau berada ...
Kuharap kaupun merasakan desah namamu di tiap hembus nafasku.
Di manapun kau berada ...
Kuharap kaupun merasakan desah namamu di tiap hembus nafasku.
~AM. Hafs
Tidak ada komentar:
Posting Komentar