Rabu, 31 Agustus 2016

Belajar Memahami 'Life Sign'

Ada banyak buku yang telah kubaca. Tapi hanya sedikit yang meninggalkan kesan begitu dalam. Selain Api Tauhidnya Habiburrahman, ada juga buku non fiksi karya Andre Raditya yang berjudul "Life Signs".

Kali ini, secara khusus aku ingin mengulas bagaimana buku tersebut memengaruhi proses berpikirku. Buku yang kupinjam dari seorang teman itu secara garis besar mengajak kita untuk lebih awas terhadap kehidupan. Yang inti dari buku itu apabila digambarkan dalam satu kalimat, kurang lebih seperti ini, "Di dunia ini tak ada yang kebetulan."

Kepekaan seseorang terhadap alur kehidupannya berbeda-beda. Ada yang hanya dengan satu 'clue' ia mampu memahami ada yang harus mengalami berbagai kejadian dulu, baru memahami.

Apa yang dimaksud memahami? Akan kuceritakan sedikit pengalamanku.

Bulan kemarin, ketika aku merasa penjualan desain kaligrafi menurun, hati ini tergerak untuk berdoa dan mengharap agar dilancarkan lagi.

Tak lama setelah itu, dalam sebuah obrolan, seorang teman tiba-tiba bertanya, di antara waktu sempit pagi hari sebelum berangkat kerja, apa sudah masuk dhuha?

Awalnya aku hanya menanggapi biasa, tak berpikir apa-apa. Aku lantas melihat jadwal sholat, setengah 7 untuk daerah Malang, itu sudah masuk dhuha. Jadilah, di tengah sempitnya waktu yang dia punya, masih dia sempatkan untuk mendirikan sholat dhuha.

Aku baru menyadari sesuatu, ketika akhirnya aku dihadapkan pada 'sign' kedua. Beberapa kali ketika hendak sarapan, aku seolah diperlihatkan kepada kakak perempuanku yang sedang sholat dhuha. Dari dua clue tadi, tiba-tiba saja aku teringat ada banyak perkataan ulama tentang manfaat dhuha untuk kelancaran rezeki.

Setelah kupelajari lebih dalam, ternyata lancarnya rejeki hanyalah efek samping. Dalam sebuah hadits, Rasulullah menerangkan bahwasanya indera kita ini butuh disedekahi sebagai ungkapan rasa syukur. Lantas beliau memberi tahu jika dua rokaat dhuha di pagi hari, mencukupi itu semua. Maka, jika ditarik lebih dalam terhadap firman Allah yang menjelaskan bahwasanya sesiapa saja yang bersyukur, maka nikmatnya akan ditambah.

'Lain syakartum la azidannakum'

Dari hal itulah kemudian ulama memberi kesimpulan gamblang, siapa yang ingin rejekinya ditambah, maka silakan sholat dhuha istiqomah.

Begitulah, harus menemui dua 'signs' dulu, agar aku memahami jawaban terhadap doaku yang bisa juga berupa teguran, sebab tak istiqomah dhuha padahal waktu yang kupunya jauh lebih luang dari temanku yang bertanya.

Jika ada yang berkata, "Masa sholat/ibadah untuk mengharap rejeki?" Abaikanlah. Sesungguhnya semua itu proses. Ketika kita telah mampu istiqomah dan siap untuk naik kelas, maka akan sangat mudah bagi Allah untuk membuat kita beribadah dengan ikhlas hanya mengharap ridho-Nya.

AM. Hafs
Singosari, Penghujung Agustus 2016

Anda pengunjung ke

Statistikku