Senin, 07 Juli 2014

Cerita Dari Pesantren Ramadhan

Pori-poriku menciut. Seolah sedang melindungi diri dari dinginnya udara pagi. Hari kedua di pesantren, aku diajak ke Petirtaan Jolotundo. Terletak di kaki Gunung Penanggungan. Menurut sejarah, tempat tersebut dulunya adalah tempat mandi dan semedinya Airlangga. (Tentang Airlangga klik di sini!)

Tempat bersejarah itu berada di timur Pondok Pesantren tempatku menjalani pesantren kilat. Jalan menuju ke sana menanjak. Namun sudah bagus, beraspal dan sebagian disemen. Di samping
kanan kiri terdapat toko-toko yang masih buka meski di bulan puasa. Maklum saja, karena tempat itu pengunjungnya kebanyakan adalah Umat hindu. Sebagai tempat suci, ada dari mereka yang bertapa, tapi ada juga yang sekadar rekreasi.

Jarak yang lumayan jauh dari pondok ke situs budaya tidak begitu terasa. Karena canda tawa yang mengiringi langkah kami. Saat pulang, kami sengaja lewat jalur lain, tak lagi lewat jalan bersapal, melainkan hutan yang dipenuhi pepohonan tinggi dan besar. Juga melewati petak-petak perkebuanan warga. Karena selain jalan-jalan, kami juga berencana mencari sayur mayur untuk menu buka puasa.

Puncak canda tawa kami ada dalam perjalanan pulang. Kami bergantian menggoda si asisten Koki, Kang Fais. Ceritanya, setiap menemukan tumbuhan asing di hutan, pertanyaan yang sama terlontar, "Iki dikasih santan enak gak, Is?" Maklumlah, menu buka puasa kami sederhana, olahan sayur mayur, nasi jagung, ikan asin dan sambal pepaya yang tiada duanya. Nah, untuk sayur mayur itu biasanya Kang Fais sama Kang Atok yang mencari ke kebun milik Mbah Yai atau ke dalam hutan. Lalu, di tengah perjalanan itu kami melihat jamur kayu. Secara reflek pertanyaan tadi terlontar kembali, entah karena gemas digodai, Kang Fais pun menjawab, "Sini tak masak e pake santan, biar copot semua gigimu!" dan kami pun terbahak. Ah, Pagi yang indah.
***
Tentang Gunung Penanggungan klik di sini.

AM. Hafs

<< Foto Kang Fais

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku