Jumat, 27 Februari 2015

Status Facebook Jadi Buku?

Menulis itu sama halnya berbicara. Bedanya, kalau berbicara kadangkala kita lupa dengan apa yang telah kita ucapkan. Contoh nih, apa kalimat pertama yang kawan-kawan ucapkan hari ini? Kalau yang biasa baca doa bangun tidur, tentu ingat, yang enggak? Entah deh.
Meski begitu, bukan berarti boleh ngomong sembarangan. Karena dua malaikat yang ada di sisi kanan dan kiri tak akan luput mencatat sehuruf pun. Semua akan dipertanggung jawabkan. Termasuk juga tulisan. Karenanya, sebagai insan yang baik, sudah sewajarnya untuk menimbang kembali sebelum menulis sesuatu. Apalagi bila berhubungan dengan medsos.

Sensasi Menulis Hal yang Kontroversial

Menilik semakin berkembangnya media sosial, apalagi berita online. Ternyata berbanding lurus dengan kian mudahnya penyebaran hal-hal yang berbau kontroversial. Berita online dengan rintisan alamat web yang baru biasanya menggunakan judul-judul kontroversial. Tujuannya tidak lain untuk mengangkat 'traffic' pengunjung. Karena hal-hal yang kontroversial mempunyai sifat gula yang kerap memancing banyak semut untuk berdatangan.

Ada beberapa tema yang kerap kali mengundang kontroversi. Mulai dari hal sepele semacam kehidupan artis, club bola, hingga seserius ajaran agama. Biasanya tema itu juga diawali dari judul yang juga kontroversial.

Tulisan kontroversial kerap kali memacing perdebatan. Bagi pembaca yang sering mengunjungi arena debat, pastinya tahu, bagaimana topik "test the water" bisa menjadi jendela untuk melihat, mana pembaca yang cerdas, ingin terlihat cerdas, dan mana yang kurang cerdas.

Beberapa hari ini, aku pun penasaran 'sisi lain' dari menulis kontroversi. Akhirnya kucoba melemparkan umpan.

Rabu, 25 Februari 2015

Kumpulan Fiksimini

Tak Ada Salju

Bocah-bocah menyerbu sawah yang baru dibajak. Muka Pak Tani terhantam sebuah bola lumpur. Dia tersenyum penuh kemenangan.

---

Salah Buku

“Sini Mama bacakan cerita pengantar tidur.”
Dani dan Doni berebut pangkuan. Setengah jam berlalu. Ketiganya terpingkal ketika Ayah pulang.

---

Kembar

"Mau mancing di mana enaknya, No?"

"Di kali sebelah?"

"Okelah kita kemon!"

Mereka berdua masih terlelap.

---

Horeee

Andi bersorak-soraii sambil mengangkat Piala. Sementara sang kakak masih membetulkan kaki buatannya. Begitu juga peserta lain.

---

Bingung

Taufik masih memandangi Pialanya dari balik lubang kunci. Kemudian melangkah pergi dengan segenggam piagam dari sekolah.

---

PENGUMUMAN

"Pintu tobat akan ditutup setahun lagi." Matahari mulai melakukan pengereman.

---

Janji Palsu

"Kau bilang akan menemuiku di surga."

"Maaf, aku terlena ujian dunia."

---

Patah Hati

Budi masih termangu melihat kelincinya berwajah sayu.
"Sudahlah, Ci. Ikhlasin aja. Mungkin dia bukan jodohmu."

---
Banyak Teman

"Horeee. Mari kita bersulang, Sob!" Setan bersuka cita merayakan kematian lampu di Taman Kota.

---
Terharu

Semua penonton bermata sembab. Sekumpulan bocah tuna rungu masih berpantomim di atas tumpukan mobil bekas.
---

AM. Hafs

Malang, 25/02/2015

5 Hal yang Bisa Membuat Penulis 'Bunuh Diri'

Menulis seperti berkata. Menulis bisa membuat hidup kita lebih bermakna. Menulis bisa menjadikan nama kita abadi. Tapi, semua itu tergantung apa yang ditulis. Jika berupa kebaikan, ia akan menjadi umpan untuk kebaikan-kebaikan yang lain dan sebaliknya.

Menulis seperti berkata. Sudah seyogyanya, sebelum melempar tulisan ke publik, perlu dipikirkan manfaat dan mudharatnya. Agar tulisan tersebut tidak menjadi senjata makan tuan. Ini lah lima hal yang membuat penulis 'bunuh diri'?

Jumat, 20 Februari 2015

Hikayat Pengembara

Dia menunggangi kaki
Menelanjangi puing-puing kehidupan
Tanpa sapa, pun lirikan
Membiarkan lidah bertapa
Sekehendak hati
Membiarkan entah berkelana
Tanpa menyapa, "Kau mentari ke berapa?"
Hanya menggulir dzikir, obati nestapa
Baginya, satu terang satu gelap
Tak lebih dari gulir roda
Terbit dan lenyap
Sisakan tanya, "Apakah kita tinggalkan noda?"
Dan ketika lelap menghisap wujud
Pun tubuhnya rebahkan lelah
Hatinya bersujud
Di hantaran sajadah dedoa
AM. Hafs
Malang, 19/02/2015

Pesan Seribu Makna

Sampai detik ini, aku masih berusaha memahami pesan dari seseorang, yang telah kuanggap seperti kakak juga guru. Tulisnya dalam sebuah komentar, "Semakin ke atas, jangan kau angkat kepalamu tinggi-tinggi. Sebab hal indah terpampang buanyak banget di bawah. Lihatlah ... Bawalah keindahan itu ke atas juga. Bila kau angkat kepalamu tinggi-tinggi, kau akan sendiri.

Percayalah ...
Bila kau tak percaya yang kukatakan, coba tanya yang di samping sana ... yang tak pernah mau melihat ke bawah. Sekarang dia hanya bisa menyesali, sebab lehernya pegel karena mendangak terus ke atas."

Awalnya aku memahaminya sebagai peringatan agar menjaga hati dari kesombongan. Tapi, pemahaman itu tak serta merta memuaskan kalbu. Hari ke hari, berusaha mencari. Aku merasa ada sesuatu yang lain. Renungan demi renungan berlarian di pikir juga hati. Hingga pagi ini aku mendapati jawaban baru.

Rabu, 18 Februari 2015

Apa Perlunya Menghindari Tiga Perkataan Ini?

Dalam memanage diri, terutama untuk menjadi insan dengan tingkat ketaqwaan yang lebih baik, seyogya kita menghindari tiga perkataan berikut. Apa saja? Check it out!

1. Sekali ini aja!
 
    Ketika sedang berjalan di gang sempit kampungnya, Andi melihat temannya tengah asyik menenggak minuman keras. Seketika itu pula Andi terperanjat, "Astaghfirullah! Den! Gila, Lu? Sejak kapan Lu jadi kayak gini?"

"Halah, sekali ini aja, cuma pengen tahu rasanya."

Smart Girl, The Dream Girl

There was a youngman. He is Arabian, handsome, shalih, and very smart. He wanted to marry with a smart and shalihah woman like him. So, He did a journey from a nomadic tribe to other nomadic tribe to found the dream girl.

Meanwhile he went to nomadic tribe inYaman. On the way, He met a man.

The Youngman greeted,”Hi, Sir! Could you bring me and I bring you?”

Senin, 16 Februari 2015

Sebab Bercanda, Kebahagiaan?

Bahagia itu sederhana. Ah basi, tapi bener sih. Sesederhana mengintip kilau embun dengan syukur. Memerhatikannya yang kemudian menguap ke langit, bersama dedoa para pejuang kehidupan. Sesederhana beranjak ke dalam rumah sembari menyanyikan lagu riang. Dan ... sesederhana menatap wajah ibu, yang tersenyum melihat anaknya sarapan dengan lahap.

Namun, banyak orang yang masih terus mencari-cari kebahagiaan. Hingga rela menghamburkan uang, waktu, juga pikiran. Tak jarang yang akhirnya terjerumus pada dunia hitam. Hanya karena ingin mendapatkan kebahagiaan dengan instan. Padahal semua tahu, barang yang diperoleh dengan instan, biasanya juga terlepas dengan cara yang instan.

Perlombaan mencari kebahagiaan juga turut disemai oleh para motivator-motivator. Dengan iming-iming kesuksesan finansial, khalayak seolah dibombardir dengan jargon, "Kaya materi itu, bahagia!" Alhasil, semua turut berlomba menumpuk harta. Dengan berbagai cara. Tak lagi peduli apakah itu bersih atau kotor.

Menghadapi persoalan kebahagiaan yang terdoktrin sedemikian. Mari sejenak merenung. Kebahagiaan, hakikatnya merupakan ketenangan hati bukan? Lantas, jika ditempuh dengan cara-cara kotor, apakah ketenangan hati itu akan diperoleh? Katanya, yang haram saja susah, apalagi yang halal? Eits, itu hanya mind set. Coba tengok kisah nyata berikut,

Jumat, 13 Februari 2015

Kau, Senja yang Berkilau

Menulis. Semua orang mampu. Tapi tak banyak yang mau. Karena terlanjur merasa bahwa menulis adalah hal yang sulit. Dan lagi, seringnya terjebak kebingungan, "Apa yang hendak ditulis?". Padahal, jika mau merenung sebentar, banyak hal yang bisa ditulis. Karena yang namanya hikmah itu bertebaran di mana-mana. Mengutip sebuah quote, "Everyday may not be good, but there is something in every day.

Kuangkat pena dari kertas. Menaruhnya diantara bibir dan mulai merenung di depan hujan yang menari. Kegiatan rutin setiap sore semenjak dijadikan admin sebuah web literasi. Aku dituntut untuk memosting sehari satu tulisan. Bersyukur, hari ini dawai hujan yang mendayu menemani. Ketika memandang mendung, inspirasi itu hadir. Dengan segera kularikan pena ke atas diary usang, perekam momen, juga draft-draftku.

Kau, Senja yang Berkilau

Selasa, 10 Februari 2015

Hal-hal Sederhana yang Membahagiakan Hati (1)

Banyak yang menjelaskan bahwa bahagia itu sederhana, tapi banyak pula yang belum memahami. beberapa hal di bawah ini, mungkin mampu membawa anda kepada hikmah kebahagiaan.

1. Nikmatnya beristirahat

Sepulang sekolah, tubuhmu yang lelah sudah tak sabar untuk merebah di kamar. Tak kamu sangka, ternyata sprei yang membalut tempat tidurmu baru saja selesai dicuci. Kamu pun merebah dengan menghirup aroma terapi yang menyelimuti. Hingga akhirnya kamu terlelap dengan senyum yang mengembang.

2. Tak Jadi Sial

Hujan deras yang mengguyur semalam, membuat daratan di linkunganmu tergenangi air. Kamu yang terburu-buru mengejar Bus Sekolah, tak sempat memerhatikan sisi jalan yang becek. Kamu terkejut, hingga jantungmu berdetak lebih cepat karena kakimu terpeleset. Untung saja, tubuhmu masih seimbang. Sehingga tetap berdiri tegak. dan lumpur tersebut hanya membuat sepatu sedikit kotor. Kamu pun kembali berlari dengan senyum syukur.

Iklan Menyentuh Thailand

Seorang pemuda paruh baya terguyur air buangan dari atap rumah, ketika tengah berjalan menuju tempat kerja. Bukannya marah atau kesal, dia malah tersenyum. Diletakkannya sebuah pot berisi tanaman yang hampi mati kekeringan, di tempat jatuhnya air tersebut.

Sampai di penyeberangan, dia membantu seorang nenek tua yang tengah mendorong gerobak untuk berjualan. Ketika tengah makan siang, dia dihampiri oleh seekor anjing liar. Dengan senyum yang khas, tanggannya mengulurkan sepotong paha ayam bakar untuk anjing tersebut. Si penjual pun hanya menggelengkan kepala melihat hal tersebut.

Di tengah jalan, dia bertemu dengan seorang ibu dan anak. Mereka pengemis, di tangan anak perempuan itu, terdapat gelas plastik bertuliskan for education. Dengan cekatan jemarinya mengambil dompet, dan memberikan dua lembar uang kepada si anak. Uang dua lembar yang Tanpa berpikir, apakah tulisan itu hanya sekadar modus belaka agar memperoleh pendapatan lebih tinggi. Kejadian tersebut dilihat oleh seorang kakek tua penjual pemilik toko jam. Dia juga menatap dengan menggelengkan kepala.

Genggam Erat Jemariku

Ketika matamu telah berselimut malam
Cobalah terlelap dan mulai mengembangkan bunga-bunga mimpi
yang di bangunmu terasa menghimpit nadi

Ketika mentari tersenyum
Sambutlah dengan keyakinan hati
Biarkan doa dan langkahmu memangkas jarak terperi

Bila ragu masih saja mengganggu
Cobalah berceloteh padaku
Agar semua sesak itu, mampu menemukan alur alir sendu
Sekali lagi, tutuplah matamu
Dan bayangkan, tanganku menggengam jemarimu erat
Melewati tiap-tiap rintang yang menyekat.

Sabtu, 07 Februari 2015

Mengambil Fatwa dari Internet, Bolehkah?

"Lagi apa, Bung. Serius amat kelihatannya?" kantor ketika tengah rehat di kantin.

"Ini lagi searching hukumnya orang yang jimak di siang hari bulan Ramadhan."

Aku tertawa, "mentang-mentang pengantin baru."

Dia terkekeh. "Aku penasaran sama olok-olokannya teman-teman. Katanya kalau Ramadhan, "itu"-nya juga harus puasa. Jujur, sih baru denger. Maklum, aku sama istri basisnya dari TK sampai kuliah di umum. Ngaji cuma sampai SD doank."

Aku mengernyitkan dahi. Kemudian mengambil kursi di depannya dengan menaruh sandaran kursi di posisi depan dan mendudukinya. Kami kenal sudah sekitar 3 tahunan. Berawal dari rekrutan angkatan yang sama, membuat kami akrab. Kami sering berbagi mengenai masalah-masalah kantor. Tapi untuk masalah pribadi, sepertinya baru kali ini.

"Joinan ya?" kataku yang dijawab dengan anggukan. Tanganku meraih kopi susu yang terhidang. Setelah meneguknya sedikit aku pun mulai berceloteh.

"Boleh tanya-tanya?"

Jumat, 06 Februari 2015

Keterpaksaan Membawa Nikmat

Mengutip peringatan dari Al Quran yang mewanti-wanti bahwa, "Sesungguhnya Setan adalah musuh yang nyata bagimu." Dalam bab setan, bukan hanya islam, tapi semua agama -yang diakui di Indonesia- pun sepakat bahwa setan adalah musuh. Pada hakikatnya, musuh selalu mendorong kepada keburukan. terutama ketika seorang manusia ingin berbuat baik, ada saja kendala. Tapi yang terbanyak tentunya dari diri sendiri. Karena itu, kebaikan perlu dipaksakan untuk melawan godaan yang ada. Tidak hanya dari Setan, godaan yang bernama kemalasan timbul dari nafsu sendiri.

Dalam banyak hal, keterpaksaan sering diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Tiga diantaranya yang bisa dijadikan contoh, salat, menuntut ilmu, dan bekerja.

Kamis, 05 Februari 2015

5 Tips Menulis Cerita Anak

Menulis cerita anak dalam rentan usia 7 hingga 12 tahun, agaknya gampang-gampang susah. Terutama apabila yang dijadikan POV-nya adalah si anak. Selain butuh pendalaman karakter, bahasa yang digunakan pun harus mudah dipahami. Untuk menyiasati hal tersebut, ada baiknya memperhatikan beberapa hal berikut :

1. Sering membaca cerita anak. Terutama yang ada di buku-buku paket pelajaran Bahasa Indonesia atau majalah anak, seperti Bobo, Anak Saleh, Kejora, dan lain-lain. Hl ini berguna untuk mempelajari tata bahasa yang umum diberikan kepada mereka.

2. Berinteraksi dengan anak. Dengan sering berinteraksi, kita akan mampu mengenali karakter anak. Sehingga pendalaman karakter bisa lebih maksimal. Karena dunia anak, berbeda dengan dunia dewasa ataupun remaja. Pendalaman karakter tidak hanya soal bahasa, tapi dalam menuliskan cara berpikir pun perlu diperhatikan. Jangan sampai kita menulis karakter seorang anak SD tapi gaya berpikirnya terlalu dewasa.

3. Menyiasati POV. Jika kedua hal di atas telah dilakukan, tapi masih kesulitan untuk menghidupkan karakter. Kita bisa memakai alternatif dengan menggunakan POV 3, yang tidak terlalu menuntut penokohan pada karakter utama. Bisa juga dengan menggunakan POV 1 dari sisi orang tua. Untuk POV tersebut, kita hanya perlu mendalami karakter sebagai orang tua. Tentunya lebih mudah, bukan?

4. Pesan dalam cerita. Berbeda dengan menulis cerpen untuk media, yang terkadang bisa menggunakan ending menggantung. Kalau cerita anak, kita diharuskan menyajikan dengan resolusi yang jelas. Kenapa harus? Karena anak-anak akan lebih mudah mencernanya. Selain itu, sangat tidak dianjurkan membuat kisah dengan tema percintaan. Karena hanya akan meracuni moral. Seyogyanya, cerita mengandung tema persahabatan, menuntut ilmu, akhlak, atau tentang mengejar cita-cita.

5. Diselingi humor. Humor, jika dalam penyajian makanan berfungsi sebagai bumbu pelengkap atau kerupuk. Yang membuat tulisan lebih sedap atau renyah. Dengan kadar yang pas dan humor cerdas. Anak akan menyukai tulisan kita. Sehingga terhindar dari rasa jenuh dan bosan. Untuk itu, penulis cerita anak sebaiknya sering membaca buku Nasruddin,  Abu Nawas, atau buku cerita humor jenaka lainnya.

Itulah, 5 tips menulis cerita anak yang bisa kubagikan. Tips kususun berdasarkan pengalaman mendongeng tiap hari Rabu bersama guru-guru kecil. Semoga bemanfaat.

AM. Hafs
Malang, 05 Februari 2015

Tulisan ini dipublish juga di Lovrinz.com

Anda pengunjung ke

Statistikku