Rabu, 18 Februari 2015

Apa Perlunya Menghindari Tiga Perkataan Ini?

Dalam memanage diri, terutama untuk menjadi insan dengan tingkat ketaqwaan yang lebih baik, seyogya kita menghindari tiga perkataan berikut. Apa saja? Check it out!

1. Sekali ini aja!
 
    Ketika sedang berjalan di gang sempit kampungnya, Andi melihat temannya tengah asyik menenggak minuman keras. Seketika itu pula Andi terperanjat, "Astaghfirullah! Den! Gila, Lu? Sejak kapan Lu jadi kayak gini?"

"Halah, sekali ini aja, cuma pengen tahu rasanya."

     Keduanya lalu terlibat adu mulut. Namun Deni yang ternyata baru diputuskan pacar, tetep kekeuh dengan kegiatan tersebut. Alasannya sama, cukup sekali itu. Agar sakit akibat patah hatinya hilang. Andi lekas menjauh dengan hati penuh amarah.

Esoknya, Andi mendapati Deni dengan keadaan yang sama. Satu dua hari berikutnya sama. Mereka sering beradu mulut. Alasannya masih sama, sampai patah hatinya hilang. Andi pun memilih menjauhi Deni.

     Naas, seminggu kemudian, terdengar kabar bahwa Deni meninggal. Over Dosis. Andi pun tak kuasa menahan tangis. Ada sesal menggumpal. "Andai saja aku bisa menegurnya lebih keras," gumamnya lirih disertai air mata yang beranak sungai.

2. Mendingan!

    Ketika Erik tengah ditegur oleh Ria, kakaknya, lantaran enggan sholat berjamaah di masjid, dengan santai ia menjawab, "Halah, cerewet deh, Kak. Temen-temenku aja masih banyak yang bolong. Mending aku toh? Meski gak jama'ah tapi sholatku lima waktu."

Di lain waktu, ketika puasa ramadhan, Erik dengan bangga pula menyatakan, "Mending aku mah, puasa cuma bolong satu, daripada temen-temenku, ada yang bolong lima."

Melihat kelakuan adiknya, Ria pun geram. Kapan dia majunya kalau kayak gitu, batinnya. Pada suatu kesempatan, saat ulang tahun ke 19-nya, Ria mengundang anak panti asuhan. Syahadan, ternyata di antara anak-anak tersebut ada seorang da'i cilik.

"Adik da'i ya? Wah keren, ibadahnya pasti bisa jadi teladan nih, cerita ke kakak donk!" pinta Ria lembut. Saat itu Erik tengah duduk di sampingnya.

"Emm malu, Kak. Kata Mama, ibadah gak boleh dikabar-kabarkan," ujar bocah sepuluh tahun itu.

"Hemm, please ya? Nih Kak Eriknya biar tahu. Masa dia cuma sholat 5 waktu gak jamaah, malah bangga. Puasa bolong satu juga bangga." Mendengar hal itu, Erik hanya meringis. Palingan aku masih lebih baik daripada bocah ini, pikirnya.

"Astaghfirullah, Emmm ... sejak umur tujuh tahun, aku sudah disuruh jamaah lima waktu sama umi, Kak. Puasa sampapi magrib juga selalu penuh sebulan," ujar si yatim sambil menunduk.

"Tuh, dengerin, Rik!"

Erik hanya tertunduk malu.

3. Orang Lain Juga Gitu!

"Mamat! Kamu tu ya, kalau dibilangin gak pernah nurut. Awas kalau sekali lagi kamu nyuri Mangganya Bi Inah lagi!"

"Ta-tapi, Bu. Temen-temen juga gitu kok." Mamat menunduk.

"Ya jangan ikut! Nyuri itu perbuatan buruk. Emang mau kalau nanti mangga yang kamu makan, di akhirat nanti jadi batu api di perutmu?"

"Eng-engak, Bu. Aku gak mau, takut." Bocah tujuh tahun itu mulai menitikkan air mata.

"Jangan diulangi lagi ya? Kalau temen-temennya ngelakuin hal yang buruk, jauhi ya?" Bu Nina memeluk putra semata wayangnya.

AM. Hafs
Malang, 18/02/2015

Tulisan ini dipost juga di Lovrinz.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku