Kamis, 05 Februari 2015

5 Tips Menulis Cerita Anak

Menulis cerita anak dalam rentan usia 7 hingga 12 tahun, agaknya gampang-gampang susah. Terutama apabila yang dijadikan POV-nya adalah si anak. Selain butuh pendalaman karakter, bahasa yang digunakan pun harus mudah dipahami. Untuk menyiasati hal tersebut, ada baiknya memperhatikan beberapa hal berikut :

1. Sering membaca cerita anak. Terutama yang ada di buku-buku paket pelajaran Bahasa Indonesia atau majalah anak, seperti Bobo, Anak Saleh, Kejora, dan lain-lain. Hl ini berguna untuk mempelajari tata bahasa yang umum diberikan kepada mereka.

2. Berinteraksi dengan anak. Dengan sering berinteraksi, kita akan mampu mengenali karakter anak. Sehingga pendalaman karakter bisa lebih maksimal. Karena dunia anak, berbeda dengan dunia dewasa ataupun remaja. Pendalaman karakter tidak hanya soal bahasa, tapi dalam menuliskan cara berpikir pun perlu diperhatikan. Jangan sampai kita menulis karakter seorang anak SD tapi gaya berpikirnya terlalu dewasa.

3. Menyiasati POV. Jika kedua hal di atas telah dilakukan, tapi masih kesulitan untuk menghidupkan karakter. Kita bisa memakai alternatif dengan menggunakan POV 3, yang tidak terlalu menuntut penokohan pada karakter utama. Bisa juga dengan menggunakan POV 1 dari sisi orang tua. Untuk POV tersebut, kita hanya perlu mendalami karakter sebagai orang tua. Tentunya lebih mudah, bukan?

4. Pesan dalam cerita. Berbeda dengan menulis cerpen untuk media, yang terkadang bisa menggunakan ending menggantung. Kalau cerita anak, kita diharuskan menyajikan dengan resolusi yang jelas. Kenapa harus? Karena anak-anak akan lebih mudah mencernanya. Selain itu, sangat tidak dianjurkan membuat kisah dengan tema percintaan. Karena hanya akan meracuni moral. Seyogyanya, cerita mengandung tema persahabatan, menuntut ilmu, akhlak, atau tentang mengejar cita-cita.

5. Diselingi humor. Humor, jika dalam penyajian makanan berfungsi sebagai bumbu pelengkap atau kerupuk. Yang membuat tulisan lebih sedap atau renyah. Dengan kadar yang pas dan humor cerdas. Anak akan menyukai tulisan kita. Sehingga terhindar dari rasa jenuh dan bosan. Untuk itu, penulis cerita anak sebaiknya sering membaca buku Nasruddin,  Abu Nawas, atau buku cerita humor jenaka lainnya.

Itulah, 5 tips menulis cerita anak yang bisa kubagikan. Tips kususun berdasarkan pengalaman mendongeng tiap hari Rabu bersama guru-guru kecil. Semoga bemanfaat.

AM. Hafs
Malang, 05 Februari 2015

Tulisan ini dipublish juga di Lovrinz.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku