Rabu, 21 Januari 2015

10 Pelajaran yang Bisa Dipetik dari Kesuksesan Raditya Dika

Gak sengaja pas mampir ke rumah temen tadi, aku nonton Bang Raditya Dika di salah satu acara TV swasta. Di sana dibahas mengenai perjalanan karir Bang Raditya Dika. Dari seorang penulis hingga berbagai profesi di ranah hiburan. Dengan tampang yang bisa dibilang 'biasa' dia mampu memiliki jutaan penggemar. Bisa dilihat dari 'followers'nya yang sampai tulisan ini terbit, sudah ada sembilan jutaan.

Ketika tengah menonton tadi, aku terus berpikir. Apa yang menjadi kunci sukses Bang Radit. Dengan sedikit merenung dan banyak melamun, akhirnya aku menemukan beberapa hal, di antaranya :

1. Kepekaan yang tinggi terhadap lingkungannya. Sehingga dia mampu mengangkat hal yang sebenarnya sepele dan tak terhiraukan, menjadi terpaksa dipikirkan dan bikin kita terhibur sewaktu memikirkannya. Semisal iklan tori-tori atau rambutnya Andika Kangen Band di awal-awal boomingnya Stand-up Comedy.

2. Dia mampu mengubah kekurangan dan kelemahannya menjadi kelebihan. Coba tengok tweetnya yang sempat tayang di acara tadi, "@radityadika: Kenapa tiap kali gue niruin Syahrini maju mundur cantik jadinya malah maju mundur cebol?" kekurangannya malah terpakai untuk menghibur orang lain. Bahkan kisah sialnya saat mengetahui kalau buku "Kambing Jantan"nya ternyata habis diborong mamanya sendiri pun bisa jadi materi yang menghibur. Walau di sisi lain, kukira itu juga termasuk keberuntunganya. Karena aku menduga, setelah dibagi secara gratis ke beberapa orang, akhirnya banyak orang yang tertarik dengan tulisannya. Proses promosi dari mulut ke mulut pun terjadi. Dugaan itu muncul dari kisah sukses Pocari Sweat, yang dibagikan secara gratis.

3. Dia mampu mengangkat kisah hidupnya menjadi hal yang unik. Seperti kisah seorang lugu yang jatuh cinta, Jika di film-film lain kebanyakan hanya menjadi pelengkap cerita, Bang Raditya malah menjadikannya sentral cerita. Misal di film "Ada Apa Dengan Cinta", salah satu karakter culun hanya menjadi selingan. Padahal, fakta di lapangan menunjukkan bahwa masih banyak cowok-cowok remaja yang "berkelakuan" culun daripada yang "sok keren". Culun dalam artian, kalau ketemu cewek yang disukai, gugup - gugup gak jelas atau sok jaim. Contohnya aku. Eh.

4. "Just be yourself!" Itulah quote yang pas menurutku bisa kita cuplik dari kehidupan Bang Radit. Gak perlu sok keren yang jatuhnya malah norak. Semisal rambut dicat, tubuh ditatto, pakai tindik, ikut Geng Motor, sok minum-minuman keras, merokok atau hal-hal negatif lain yang biasanya "dianggep" sebagai hal keren oleh remaja, terutama pelajar. Kata Alamarhum Om Bob, "Bergayalah sesuai isi dompet."

5. Menjadi penulis itu keren. Bang Radit bisa munutupi tampangnya yang pas-pasan dengan kreatifitas segunung. Melalui tulisan-tulisannya, dia mampu menyihir berjuta pasang mata untuk mengidolakannya.
6. Dia adalah simbol "kepercayaan diri". Tak perlulah bagi yang bertampang pas-pasan minder karena rupa. Toh, seganteng apapun, ketika tua juga bakal jelek. Malah kalau punya tampang jelek, seharusnya kita bangga. Bangga menjadi orang yang konsisten. Konsisten jelek dari muda sampai tua. Haha. Faktanya ketika tua, orang tak lagi dipandang dari wajah, tapi dari akhlaknya. Selain itu, ketika seseorang telah mencapai derajat keilmuan atau pencapaian yang tinggi, maka tampang tak lagi bernilai. Contoh selain Bang Radit yakni, Obama. Kalau dari tokoh islam, Sahabat Bilal bin Rabah. Keduanya dihormati dan dikagumi.

7. Pernah dengar quote, "Yang berasal dari hati, akan sampai ke hati." Ketika ditanya mengenai sumber idenya, Bang Radit mengatakan bahwa kebanyakan karyanya berasal dari penerjemahan "kegelisahan hati". Kegelisahan hati itu pun dia sadari bukan sebagai kegelisahannya sendiri, melainkan juga dirasakan oleh banyak orang. Maka, ketika kretifitas atas penerjemahan "gelisah" itu terwujud, banyak hati yang tersentuh.

8. Fokus terhadap satu bidang. Sebagaimana dokter, ketika telah berlabel spesialis, maka harganya pun kian tinggi. Begitu pula Bang Radit, dia menggeluti kepenulisan bidang komedi. Dari situ dia berkembang menjadi comic. Kemudian membawa "rasa" stand up ke dalam serial komedi hingga layar lebar. Lagi, cuplikan kata dari Almarhum Om Bob Sadino, "Orang 'pintar' sering menganggap remeh kata fokus. Buat dia melakukan banyak hal lebih mengasyikkan. Sementara orang 'bodoh' tidak punya kegiatan lain kecuali fokus pada bisnisnya." Aku gak bilang Bang Radit bodoh lho ya? Cuma mau menekankan bahwa "Fokus" itu penting. Tapi tunggu! Sebaiknya aku tanya saja? Lo bodoh atau culun sih, Bang? Cuma tanya. Sedikit curcol, Aku sendiri penulis pemula yang masih dalam pencarian jati diri. Jadi belum tahu bidang kepenulisan apa yang mesti difokusi. Lo ada saran gak, Bang?

9. Pantang menyerah, setiap orang sukses pasti memiliki sifat ini. Noh liat buktinya di "Malam Minggu Miko" berapa kali gagal malam mingguan, tapi usahanya Bang Radit terus berlanjut sampai jadi banyak episode. Eh.

10. Ini yang paling TOP! Pentingnya dukungan dan restu orang tua serta keluarga. Andai Mamanya Bang Radit gak ngeborong novelnya, terus gak dibagiin, atau malah bilang, "Loe mau jadi penulis? Penulis itu profesi apaan?" Bisa jadi dia gak bakal jadi seperti sekarang, betul gak, Bang? Kalau salah koreksi yak? 

Semoga hasil melamunku bermanfaat, syukur-syukur nih kalau Bang Radit baca. Buat yang udah baca, Makasih ya ... jangan lupa ninggalin komen. Boleh ninggalin link juga, biar bisa kukunjungi balik.

AM. Hafs
21/01/2015


5 komentar:

Anda pengunjung ke

Statistikku