Kamis, 22 Januari 2015

Nikmatnya Kesetiaan

Suatu hal yang aneh bagiku adalah ketika kata setia jauh lebih mudah dijalani daripada memilih. Karena terkadang aku malah bertanya pada diri sendiri, "Pantaskah aku memilih?". Di masa ketika aku memiliki sebuah hati yang bisa kujaga, kesetiaan adalah sebuah nikmat yang luar biasa. Kesetiaan yang mampu membuat pandanganku menunduk, sikapku terjaga. Tidak seperti sekarang yang seringnya mata ini jelalatan. Meski hanya berupa tengokan sesaat, tetap saja ada rasa sesal yang timbul setelahnya.

Terkadang, aku merindukan masa-masa itu. Masa di mana hanya menggenggam satu hati. Namun, aku tahu ... masa lalu tetaplah masa lalu. Hanya untuk dikenang dan diambil hikmahnya. Bukan lagi untuk diratapi atau disesali. Karena hanya akan menyakiti hati dan membuang waktu. Dan cara terbaik untuk mengatasi hal itu adalah dengan menjadikannya tulisan yang menginspirasi.

Banyak sekali orang yang mengharap pasangan yang setia. Hanya saja, harap itu mereka labuhkan di keadaan yang kurang tepat, pacaran. Sejauh pengalamanku ketika akrab dengan lawan jenis kemarin, kesetiaan terlalu murah jika diberikan pada seseorang yang belum halal. Namun bukan berarti memperbolehkan perselingkuhan dalam pacaran. Yang kumaksud di sini adalah kesetiaan lebih pantas diberikan pada pasangan yang halal. Karena kesetiaan merupakan sebuah hal yang berharga. Maka yang lebih baik tentunya, jika memang berani untuk setia, segera saja sucikan niat tersebut. Jika belum, sebaiknya bersabar saja sembari memperbaiki dan meningkatkan kualitas diri.

Bicara soal kesetiaan, takkan lengkap jika tidak membahas tentang cinta. Seringnya cinta hadir tanpa diduga. Muncul begitu saja ke dalam hati. Menggoda dan seolah menyempitkan ruang dada hingga membuat kita merasa sesak. Namun, aku yakin jika dari awal kita memiliki prinsip yang baik dalam hal cinta, semisal komitment untuk tidak jatuh sebelum lulus sekolah, mendapat kerja, atau sebelum mimpi terraih, kita akan mampu mengendalikan rasa tersebut. Karena prinsip atau komitmen yang dipegang teguh mampu menjadi rem. 

Bukan hal yang mustahil untuk mengendalikan rasa. Semua tergantung 'mindset'. Jika kita yakin mampu, maka akan dimampukan dan sebaliknya. Banyak pula yang telah mempraktekkannya dan berhasil. Jika tidak percaya, coba sejenak menyelami kehidupan beberapa orang di sekitar yang punya komitmen seperti di atas. Faktanya lagi, jauh lebih mudah mengendalikan bibit cinta yang hendak tumbuh, daripada yang sudah tersemai, tumbuh tapi kemudian layu hingga menjadi penyakit yang bernama patah hati. 

Hikmah lain dari kesetiaan, kita akan merasa cukup dengan dia yang tercintai. Hingga membuat ucapan syukur senantiasa mengudara dari relung, tiap kali menatap manis senyumnya. Di ujung tulisan, aku hanya ingin melangitkan doa, agar pembaca yang telah mampu setia namun belum halal, segera menuju pelaminan. Dan bagi yang tengah menjaga hati serta meningkatkan kualitas diri, semoga mampu istiqomah hingga bertemu dengan jodohnya. Satu pesan lagi, tenang saja, tulang rusuk takkan tertukar. 

AM. Hafs
Malang, 22 Januari 2014




4 komentar:

  1. aku setia sama jomblo aja D:
    btw tulisannya keren B-)

    Kunbal ya
    adityataa.blogspot.com

    BalasHapus
  2. @Aditya Ata hihi semoga bisa istiqomah sampai ketemu jodoh. Makasih buat atensinya. Masih pemula ini. makasih lagi udah mampir ya? (: siap meluncur balik. ^^

    BalasHapus
  3. Iya tuh... bener

    Ditunggu balasan Liebster Awardnya. Check: http://nocturnalglee.blogspot.com/2015/01/liebster-award.html

    BalasHapus

Anda pengunjung ke

Statistikku