Rabu, 20 Agustus 2014

Embun Pengantin Baru

"Kakanda, embun pagi ini terlihat begitu ceria." Senyum yang terbungkus jilbab merah mudanya mengembang.

"Eh? Tahu dari mana?" tanyaku menyelidik.

Tak langsung menjawab, netranya masih terlihat lapar, melahap pesona bunga yang mekar di taman depan gubug sederhana kami.
"Umm, mau tahu? Apa mau tahu bingit?" Senyumnya kian lebar hingga terlihat barisan gigi putihnya.

"Ihh, Dinda udah kayak ABG aja," jawabku sambil menjulurkan lidah.

"Biarin." Lidahnya ikut menjulur.

Ah, wanita ... kalau bertingkah seperti itu atau saat manja, memang imut. Khususnya dia ... yang kucintai. Aku beruntung bersanding dengannya, semoga dia juga maerasakan hal yang sama. Emmm ..., hanya saja, kalau sedang marah ... ya imut juga. Hehe.

"Jadi? Apa jawabannya tadi, Nda?"

Lagi, tak langsung dijawab. Dia duduk di sampingku. Memeluk lutut.

"Aku tahu dari kilatan beningnya, terlihat seperti kilatan mata penuh syukur," jawabnya syahdu.

Senyumku menyabit. Tangan ini menggapai bahunya. Kepalanya menyandar di bahuku. Indah nian terasa, pacaran setelah nikah. Terlantun surat Ar-Rahman dari celah bibir kami. Bergantian per-ayat. Menambah indah ahad pagi pertama kami.

AM. Hafs

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku