Rabu, 20 Agustus 2014

Renungan Pagi Bersama Emak.

Shubuh, hari pertama kepulangan Arya dari pesantren. Emak masih tetap sama. Berjualan kue.

"Le, apa yang kau dapatkan hingga pagi ini?"
Di tengah kegiatan menyiapkan kue, Emak tetiba melontarkan pertanyaan pada sulungnya.
Arya yang tengah muroja'ah hafalan terdiam sejenak, begitupun dengan tangannya, dari kegiatan membungkus kue. Pemuda 23 tahun itu kemudian tersenyum.

"Mak, Pagi ini, aku belajar syukuri semua nikmat yang takkan mampu kuhitung. Kalau perlu aku harus mampu bersyukur tanpa didahului membandingkan nikmatku dengan nikmat orang lain.

Mak, Pagi ini, aku belajar menolak untuk jatuh di lembah rendah diri pada makhluk. Selain karena kita berpijak pada bumi yang sama, juga karena adab terbaik kepada makhluk adalah saling menghormati bukan merendahkan diri.

Mak, aku juga belajar, memaafkan adalah obat dari sakit hati. Belajar  memperbaiki diri dan menolak untuk masuk ke dalam lingkaran iri dengki, kecuali iri pada ketaatan hamba-Nya.

Aku belajar, bahwa hidupku bisa lebih baik dari sekarang. Semua tergantung pada bagaimana aku menggenggam azzam dan mendekat pada-Nya.

Pagi ini, aku belajar membuang rasa kecewa. Karena semua hal yang terjadi pasti membawa hikmah.

Pagi ini, aku belajar untuk meneguhkan langkah. Menambah kepatuhan, pada kedua orang tua dan guru. Melepas segala foya, demi meraih mimpi yang mampu membuat mereka tersenyum bangga. Karena ridho mereka menjadi pintu pembuka menuju ridho-Nya.

Pagi ini, aku belajar untuk mengasihani diriku sendiri, yang terus menghitam dalam maksiat dan kelalaian.

Pagi ini juga, aku belajar untuk menjauhi pergaulan yang tak membawa manfaat. Agar waktuku tak banyak terbuang.

Dan pagi ini aku belajar sabar dalam ketaatan, kepatuhan dan bersabar menjauhi larangan agar Allah senantiasa bersamaku."

Diraihnya tangan Emak dan diciumi hingga basah oleh air mata Arya.

AM. Hafs

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku