Senin, 08 September 2014

Ketika Sastrawati Bermain Angka

Di sudut ruang kantor, Guru muda tengah dirundung gusar. Tergambar  dari cara mengamati jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Padahal berapakali pun dilihat, jam itu hanya akan menampilkan 3 jarum, yang berputar di 12 angka. Mungkin tak hanya dia, hampir semua orang yang dalam penantian melakukan hal yang sama.
Melihat gelagat itu, Pak Tadi mencoba mencari tahu. Waka Kurikulum itu meninggalkan kursi empuk, menerkam jarak, mendekati si Guru muda.

"Ada apa gerangan? Kulihat kegamangan bergelayut di matamu, Bu." Pak Tadi melempar perhatian, sopan.

"Waktu ajar pelajaran berhitung di ujung titimangsa pembukaan. Tapi wajah Sang Penyampai tak kunjung kudapati."

"Oh, itukah gerangan bibit masalahnya? Perkenankan aku menyampaikan maaf. Aku terlupa, Guru Ilmu berhitung tadi menyampaikan pesan, Ia sedang terbaring sakit."

"Oh, Bapak, tak apa. Yang penting sekarang, siapa hendak menggantikan? Sedang tak ada lagi Guru selain kita." Alis Bu Sastri menyambung.

"Ibu saja, aku tengah menanti kabar dari Kepala Sekolah."

"Maaf, tak bisa, Pak. Aku guru Bahasa."

"Pasti bisa, aku percaya."

Dengan langkah gontai memikul kebingungan ia pun bertandang.

"Selamat Pagi, Anak-Anak!" Terlontar sapaan pembuka khas sekolah negeri dengan ceria. Ah wanita memang pandai sembunyikan perasaan.

"Selamat Pagi, Buuu!" Rendah riuh bersahutan, sekitar 30 siswa duduk manis dengan wajah lugu terlukis.

Bu Sastri menatap cetak tinta di kertas yang menempel tembok belakang. 'Satu A Rajin, Santun, Ceria', begitu kalimatnya.

"Baik, Anak-anak ... sila kalian lapangkan buku berhitung di muka meja!" Perintah Bu Guru berusia 25 kali lebaran itu, sembari menghadapkan muka ke papan hitam penggerus kapur.

Hening, siswa diam seperti sedang ujian. Tak ada bunyi kertas dipilah, atau resleting tas yang dibuka.

"Sekarang, lihat ke arah papan hitam. Perhatikan dengan seksama ya? Ketika angka satu berjajar dengan simbol jumlah, sedang di sampingnya ada angka lain, itu artinya angka kedua tengah menanti untuk dijumlahkan. Hasil dari penggabungan ini taruh di samping simbol sama dengan. Mengerti?"

Hanya sekumpulan tatap mata menjawab. Tak ada suara menyahut. Sepi.

AM. Hafs
"Humor Satire"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku