Minggu, 14 September 2014

Antara Padi, Orang Bodoh, Pintar dan Mengerti.

Aku sedang duduk di teras belakang kantor REMAS, ketika salah seorang teman menghampiri. Sekarang kelas X SMA, tapi wajahnya tetap lucu, berpipi tembem dan bertubuh gendut. Setelah berucap salam dia duduk di sampingku.

"Sedang apa, Mas?"
"Tafakkur alam."

Pandanganku lurus ke depan. Hamparan sawah mulai menguning.

"Bukannya tafakkur alam itu identik dengan rekreasi?" Dia terkekeh.

"Yang begini juga sudah termasuk rekreasi. Memulihkan dan menyegarkan jiwa dari segala penat dengan merenungi ciptaan-Nya."

"Bener juga."

"Coba deh pikirkan sejenak, apa yang bisa dipelajari dari semua pemandangan ini?"

"Padi? Kerendahan hati?"

"Itu sudah umum, yang lain?"

"Emmm ... apa ya?"

Mungkin sekarang alisnya tengah berkerut.

"Padi bisa menjadi pembeda," Sahutku lekas sebelum ia kembali menjawab.

"Maksudnya?"

"Pembeda antara orang bodoh, pintar dan ngerti."

"Emang bisa?"

"Bisalah, heheh .... Coba hubungin sama tingkah laku manusia!"

"Hemm."

"Masih bingung? Oke, gini. Orang bodoh, takkan mungkin tahu bila padi bisa dimakan. Ya to?"

"Yup, lalu, Mas?"

"Orang yang pintar, tahu bahwa padi bisa diolah untuk dimakan. Ia juga tahu fungsi beserta kandungan zatnya."

"Emmm, bener juga. Kalau Orang yang ngerti?"

"Kalau orang yang ngerti .... Dia mengerti proses mengolah hingga memakan hanyalah bentuk ikhtiar. Ikhtiar dalam mencari kekuatan dengan makan secukupnya. Kekuatan yang dimaksud adalah kekuatan untuk beribadah. Pengertian lebih dalam, dia yang mengerti ... akan melihat padi sebagai penafsir makna, laa haula wa laa quwwata illa billahil 'aliyyil 'adhiim."

Pemuda yang lebih muda 3 tahun dariku itu terdiam. Mungkin sedang merenung. Mungkin.

"Satu hal lagi, dalam keadaan normal, setiap orang tahu bahwa padi bisa diolah. Itu berarti tak ada orang bodoh di dunia ini, yang ada hanya orang yang enggan berpikir, belajar dan berikhtiar."

Aku diam sejenak.

"Bagaimana, Mbul?"

Tak ada jawaban. Aku pun menengok.

"Oalah, Mbul, gembul."

Aku tertawa sendiri melihat dia terlelap di kursi. Mengagumkan, proses tidurnya. Mungkin paparanku terdengar seperti lagu nina bobo. Ya, mungkin. Kutatap kembali padi yang menguning dan tersenyum.

AM. Hafs praktek dialog cerdas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku