Senin, 12 Mei 2014

Hal Yang Lebih Sakit Dari Putus Cinta Dan Hal Terindah Dari Rindu

Dear eL,
Malam kian pekat
Tapi bayangmu masih setia berkelebat
Karenanya, ijinkan kupetik hitam
Dan kutuangkan dalam bait pelepas kelam
eL,
Kuingin kau tahu
Hatiku kini tengah meratap
Pada takdir yang terasa begitu jahat
Hati teriris miris
Sesak pun berlomba menombak dada
eL, mungkin kau ingin tahu, apa pasal hingga ku mengadu
Dengarkan,
kuakan mulai bercerita
Beberapa detik yang terlewat
Kuukir sajak tentang rindu
Sendu nan mengharu biru
Sajak itu terawali oleh sebuah tanya,
"Kau tahu eL, apa hal terindah dari rindu?"

Kini akan sedikit kuulang percakapan hati saat itu
***
eL, Kau tahu sepinya malam?
Ya, dia musuh bagi pecinta
Pada wajahnya rindu kian terlukis nyata
Perih kian terasa
Bahkan tak jarang membuat buliran kristal meluncur indah
Membasahi pipi dan hati
Namun,
Bukan itu yang ingin kusampaikan padamu tentang rindu
Karena rindu yang kini datang tak membawa kesakitan, tapi kesyahduan.
eL,
Sekarang kan kuterbangkan bait-bait pemeluk indahnya rindu
Rindu itu indah
Karena ... padanya sajak-sajak ini bermahkota
Atas namanya jua, dawat ini menari merangkai isi hati
Melukisnya menjadi sajak berembun penuh warna
***
Itulah, sepenggal sajak yang berhasil kuselamatkan. Tak sampai setengah dari yang tadi terangkai indah. Itupun tak mampu mirip dengan aslinya bisa jadi telah kehilangan rasa. Takdir menghapus tubuhnya sebelum sempat terkirim pada kotak maya.
Sajak yang kusebut "Tinta Cinta" itu hilang dan tak lagi utuh karena program opera mini yang tiba-tiba mati.
Itulah alasan kenapa ku mengadu perih dan tersakiti. Namun aku percaya ada hikmah di tiap peristiwa, kini ku mampu berkata, "Hilangnya bait indah lebih menyakitkan daripada putus cinta."
Butuh alasan?
"Karena putus cinta masih mungkin untuk kembali, tapi bait itu tak mungkin lagi utuh tanpa mesin waktu."
AM. Hafs

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku