Senin, 27 Oktober 2014

Renung di Relung

Apa yang hendak menari, sedang jemariku membisu. Apa yang kau tatap? Sedang aku menunduk lesu. Bukan, bukan sedang meresapi kesialan. Hanya sedang menghitung nikmat yang selalu kusiakan, waktu yang terlewatkan, dan cerita yang masih terus terjalani, tanpa tahu kapan titik terakhirnya kusentuh.
Apa yang hendak kugambarkan? Sedang kuasku tengah mogok makan. Tak mampu kutangkap bayang keindahan, kecuali cuma nyiyir gurauan setan yang persetan. Seperti pelangi, sejatinya segala keindahannya hanya sekejap mata. Sekadar numpang lewat seperti hidup dan dunia ini.
Sekadar permainan, gurauan. Banyak yang tahu, banyak yang masih terperangkap. Termasuk diriku. Terlena dalam eraman peluk kemewahan. Mimpi-mimpi yang hanya seputar kemeriahan.
Apa lagi yang hendak kutulis? Sedang hatiku menangis. Meratapi sunyinya dosa yang terus meronta. Apa yang hendak kurapal? Sedang mataku tak henti menuai sesal.
Akankah hanya sebuah angan? Kapal-kapal mimpi pergi, tanpa membawaku bersamanya. Haruskah berlari atau bagaimana? Sedang kakiku terbelenggu biduan-biduan kemalasan.
Ah, aku ... sampai di mana renungmu berlaku? Renung atau sekadar melepas kata? Atau mengejar kata hebat dari jemari sesama? Apa? Tak tahu, tak pernah tahu? Belum tahu? Atau tak mau tahu? Biarkanlah otakku bersimpuh. Aku yang bodoh, berpenyakit, lagi tak mampu ... pada-Mu pemilik penawar semua itu.
Akhirnya, aku hanya mampu sedikit berbijak, "Aku tak memiliki kelebihan apapun, selain apa yang dikaruniakan Allah untuk menjadi lebihku. Dan aku tak memiliki kekurangan apapun kecuali telah dicukupkan oleh Allah dengan hadirnya keluarga dan sahabat yang menyayangiku."

~AM. Hafs

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku