Rabu, 12 Agustus 2015

Menulis adalah Perjalanan

Menulis adalah perjalanan seumur hidup. -Muhammad Walid Khakim (Penulis)

Begitulah, dari tulisan ... mampu dinilai bagaimana cara berpikir, wawasan dan juga karakter seseorang. Sekalipun ia memanipulasi, kalau kata Mas Novanka Raja (CEO Kinomedia), akan tetap terbawa emosi, sisi ego, dan juga opini pribadinya. Di sisi lain, dunia ini terlalu mubadzir dan juga sempit untuk sebuah kebohongan.

Menulis adalah perjalanan hidup, mengabadikan pikiran, juga kenangan. Melalui tulisan juga, akan mampu terselami seberapa kemajuan atau kemunduran seseorang dalam berpikir. Ada masa galau dan lantas membuat status alay atau ada masanya juga merenung dan membuat status bijak. Walau terkadang hanya mengolah kembali petuah motivator, tapi setidaknya bukan menyalin dan menampilkan tulisan orang lain lalu mengakuinya.

Dari situ, ketika telah dewasa dan menghadapi galau yang sama, bisa jadi tulisan alay di masa lalu menjadi cambuk untuk tidak berbuat hal serupa.

Biarkanlah diri berproses. Kalau kata Asma Nadia, "Menulislah dengan jujur." Jujur dengan wawasan yang dimiliki. Mengakui kelemahan bukan untuk minder, tapi untuk diperbaiki. Sebab ... memang menulis itu perjalanan.

Seseorang yang bergelut di dunia pendidikan harus memaksa otak dan energi, bila hendak menulis tentang profesi lain. Loncatan itu butuh proses. Sembari membiarkan aksara tumbuh dan berkembang, Asma Nadia menyarankan, "Tulis saja apa yang ada di sekitarmu."

Mari tengok Andrea Hirata. Tulisannya tentang olah dari kehidupan yang ia jalani. Ahmad Fuadi, Tasaro GK, pun sama. Baru ketika mahir, mereka mulai melakukan loncatan-loncatan dengan menuliskan pengalaman orang lain. Kalau kata mas Wenda Koiman (Novelis), "Tantangannya masih sama, mengubah yang sederhana menjadi luar biasa." Mau contoh? Tonton film Slum Dug Millionaire.

Lain kata alay, lain pula kata bijak. Kata bijak juga bisa menjadi cambuk. Kapan? Ketika hati merasa heran saat membacanya dan berkata, "Aku dulu kok bisa seperti itu ya?"

Kembali, menulis adalah proses dan perjalanan. Nikmatilah seperti menikmati masa sekolah. Ada tawa, jam kosong, ulangan mendadak, tangis, duka, berantem, canda, cinta, rindu, ujian kenaikan kelas, juga ujian kelulusan. Sebab sejatinya menulis adalah hidup itu sendiri.

AM. Hafs
Singosari, 12815

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku