Air mata langit bersekutu
Memenjarakan pandanganku pada dedaunan yang menari bersama lambaian angin
Coba pandangi lekat tangkapan retinamu
Bagaimana mereka menyampaikan bisikan-bisikan rindu
Rindu yang kembali merebak bersama napas bumi
Air mata langit saling bertaut
Menenggelamkanku pada awan bergelayut yang bercumbu dengan kabut
Coba tatap bagaimana mereka mendendangkan nyanyian hujan
Bersama balutan genderang dan kilatan petir yang bersautan
Membuat kenang kian berkelindan
Air mata langit mulai pudar
Awan pengangkut butiran es dan kabut berarak pulang
Membiarkanku mengeja memoar
Lalu kuabadikan di catatan seribu mimpi; sebelum hilang
Sebab surya kian terang berpendar
Air mata langit tak lagi berwujud
Wajah langit kembali membiru
Kutundukkan hati dan bersujud
Meresapi tiap makna di lembar baru
Menghamburkan syukur atas terbitnya pelangi sepeninggal kabut
AM. Hafs
Singsari, 29 April 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar