Kamis, 30 Juli 2015

Jangan Buang Alat Elektronikmu yang Rusak!

Ternyata, kegiatan menyimpan barang-barang elektronik rusak selama ini berguna. Ada empat buah headset rusak, yang satu rusak speakernya dan yang satu rusak colokannya. Dulu sudah kucoba untuk menyambungkan, tapi gagal. Malam ini, baru kutemukan bahwa akar masalahnya ada di kabel. Warna merah dan hijau pada kabel, merupakan lapisan agar kutub min dan plus tidak sambung. Dan cara menghilangkannya cukup dibakar sebelum disambung. Namun jangan dibakar semua, sisakan bagian pangkal untuk mencegah kedua kutub bersatu.

Mungkin ada yang tersenyum getir membaca ini, tapi tak apa. Maklum saja, karena aku belajar kelistrikan secara informal. Dari mengamati bapak dan beberapa teman yang kuliah kelistrikan.

Jika boleh mengingat-ingat, agaknya kegemaran bongkar pasang barang non maupun elektronik telah kulakoni semenjak balita. Tak terhitung jumlah mainan, entah itu robot-robotan atau mobil-mobilan yang jadi korban. Bahkan untuk kategori elektronik sendiri, aku pernah membuat percobaan ngawur gara-gara rasa penasaran.

Siang itu, sepasang kabel yang terhubung dengan sebuah speaker yang seharusnya hanya boleh dialiri listrik bermuatan DC, kucolokkan ke terminal listrik bermuatan AC. Terang saja, bau hangus khas alat elektronik dengan segera menyerbu ruang tamu. Aku yang ketakutan langsung kabur dari rumah menuju rumah teman. Tapi tetap saja, sewaktu bapak pulang kerja, aku diomeli. Kalau tak salah ingat, ketika itu aku sudah menginjak kelas empat SD.

Kembali ke malam ini, dari beberapa alat eletronik rusak sejenis yang kusimpan, aku bisa menghasilkan dua buah head set daur ulang dan satu charger daur ulang. Alhamdulillah. Teknik gabung-menggabungkan itu aku pelajari dari temanku yang suka bongkar pasang CPU bekas. Seringkali dia mengambil bagian yang masih 'sehat' di CPU A, untuk mengganti bagian sejenis yang rusak di CPU B. Masih teringat jelas kata-katanya padaku waktu itu. Sambil sedikit terkekeh dia bilang, "Yang ori itu biasanya lebih awet, walaupun bekas."

Dengan tampang datar aku menyahut, "Pecinta janda, nih."

Tanpa kusadari, dengan cepat genggamannya menjitak kepalaku sambil berkata, "Ngawur!"

Aku cuma bisa meringis sambil memegang kepala.

AM. Hafs
Singosari, 30-Juli-2015

1 komentar:

  1. Hehe. Hadir, lanjutkan tulisannya. :D jangan lupa mampir ke lapakku ya. http://dindalc.blogspot.com/

    BalasHapus

Anda pengunjung ke

Statistikku