Selasa, 24 November 2015

Pena yang Bangkit Dari Hibernasi

Pada akhirnya, sekeras apapun aku menahan laju pena, ia tetap mengusik pikiran. Barangkali, ia kesepian berada di balkon. Sehingga dengan susah payah mengirimkan sinyal kerinduan kepada jemari. Lalu malam ini, dengan terpaksa aku menjemput dan memeluknya.

"Selain jemari, kau pasti merindukan ini, bukan?" bisikku sembari mengambil buku bersampul hitam. Pena nampak semringah. Lantas mengirim sinyal ke otakku. Membuat jemariku menari bersamanya. Menulis apa saja yang terlintas.

"Tak ada guna penyesalan tanpa kesungguhan untuk berubah. Kau si pemalas, si plin-plan, tukang tidur, dan temperamen. Tidak cukupkah teguran-teguran dari nurani yang telah kau terima? Tengok pula kertas mimpi yang kau tulis dan telah terpajang bertahun lamanya. Sampai usang. Miris, hanya satu saja yang masih tercoret.

Pun seharusnya, tulisan-tulisan lampau sok bijak yang kaukhianati, menjadi teguran keras. Tapi tidak, kau seperti menikmati alur kelam yang sama. Taubat yang hanya taubat sambal. Pedas, membuat lidah dan rongga mulut kepanasan, kesakitan tapi tetap kau cicipi dngan alasan nikmat dan ketagihan.

Kau tahu, tapi kau tak sungguh-sungguh. Mulutmu pun penuh dengan janji palsu. Bualan-bualan yang meracuni kalbu. Tulisanmu? Tak jauh berbeda. Hanya berisi kepalsuan-kepalsuan. Ya, sebaik apapun tulisanmu, tanpa ketulusan, semua hanya menjadi kepalsuan.

Cita-citamu begitu tinggi. Mengubah dunia dengan tulisan. Katamu dulu, satu ayat satu novel. Ah, basi! Mengubah diri sendiri saja kau tak mampu. Lagi dan lagi, terus menerus, terperosok pada jurang kenistaan yang sama. Bersyukurlah kamu. Allah masih memberi welas asih. Sehingga kau tak dihinakan-Nya.

Sampai kapan? Bukankah kau sudah tahu? Lekaslah jemput kekasihmu. Pacaran lima tahun, itu terlalu lama. Sudah waktunya, kau sunting ia. Dan jadilah pribadi yang lebih baik. Sebelum menunaikan janjimu menjemput calon permaisurimu, yang mau tak mau harus menjadi istri kedua ... setelah Al-Quran yang terengkuh di dada. Satu pesan terakhirku untukmu, Pemuda pemalas, cahaya ilmu enggan bertempat di hati yang busuk, gelap lagi penuh dosa."

AM. Hafs

Singosari 24 Nov 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku