Pada akhirnya, sekeras apapun aku menahan laju pena, ia
tetap mengusik pikiran. Barangkali, ia kesepian berada di balkon. Sehingga
dengan susah payah mengirimkan sinyal kerinduan kepada jemari. Lalu malam ini, dengan terpaksa aku menjemput dan
memeluknya.
"Selain jemari, kau pasti merindukan ini, bukan?"
bisikku sembari mengambil buku bersampul hitam. Pena nampak semringah. Lantas
mengirim sinyal ke otakku. Membuat jemariku menari bersamanya. Menulis apa saja
yang terlintas.
"Tak ada guna penyesalan tanpa kesungguhan untuk
berubah. Kau si pemalas, si plin-plan, tukang tidur, dan temperamen. Tidak
cukupkah teguran-teguran dari nurani yang telah kau terima? Tengok pula kertas
mimpi yang kau tulis dan telah terpajang bertahun lamanya. Sampai usang. Miris,
hanya satu saja yang masih tercoret.
Pun seharusnya, tulisan-tulisan lampau sok bijak yang
kaukhianati, menjadi teguran keras. Tapi tidak, kau seperti menikmati alur
kelam yang sama. Taubat yang hanya taubat sambal. Pedas, membuat lidah dan rongga mulut kepanasan, kesakitan tapi tetap kau cicipi dngan alasan nikmat dan ketagihan.
Kau tahu, tapi kau tak sungguh-sungguh. Mulutmu pun penuh
dengan janji palsu. Bualan-bualan yang meracuni kalbu. Tulisanmu? Tak jauh
berbeda. Hanya berisi kepalsuan-kepalsuan. Ya, sebaik apapun tulisanmu, tanpa
ketulusan, semua hanya menjadi kepalsuan.
Cita-citamu begitu tinggi. Mengubah dunia dengan tulisan.
Katamu dulu, satu ayat satu novel. Ah, basi! Mengubah diri sendiri saja kau tak
mampu. Lagi dan lagi, terus menerus, terperosok pada jurang kenistaan yang
sama. Bersyukurlah kamu. Allah masih memberi welas asih. Sehingga kau tak
dihinakan-Nya.
Sampai kapan? Bukankah kau sudah tahu? Lekaslah jemput
kekasihmu. Pacaran lima tahun, itu terlalu lama. Sudah waktunya, kau sunting
ia. Dan jadilah pribadi yang lebih baik. Sebelum menunaikan janjimu menjemput
calon permaisurimu, yang mau tak mau harus menjadi istri kedua ... setelah
Al-Quran yang terengkuh di dada. Satu pesan terakhirku untukmu, Pemuda pemalas,
cahaya ilmu enggan bertempat di hati yang busuk, gelap lagi penuh dosa."
AM. Hafs
Singosari 24 Nov 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar