Jumat, 11 Desember 2015

Rindu yang Mati Rasa

Rindu, agaknya aku sudah lupa bagaimana rasa rindu. Padahal dulu seringkali kulukis dalam sajak-sajak, dalam puisi-puisi.
Apakah ini faktor terlalu sering bercengkerama atau apa? Atau aku mulai jenuh dengan rutinitas cinta yang begitu-begitu saja? Entah.
Sepertinya aku lebih memilih menanti semua menjadi halal. Bukan mengulang kesalahan demi kesalahan yang sama. Keledai saja tidak masuk ke lubang yang sama dua kali, kan?
Namun, aku tahu pasti resiko dicintai. Yakni, takkan bisa ikut campur dalam mengelola perasaannya. Tak bisa memaksa kehendak harus begini harus begitu. Itulah kenapa, dicintai terasa lebih berat daripada mencintai. Lagu lama.
Seperti malam ini, barangkali kalau kami bertatap muka, ekspresi akan nampak lucu dan bloon sekali. Bagaimana tidak, ketika dia mengatakan rindu, aku malah bingung harus apa. Apalagi dalam kondisi mata yang tinggal beberapa watt.
Anehnya, setelah pamitan aku malah tak mampu terpejam. Mengesankan. Dan ketika kuhubungi kontaknya ... terlambat, sudah dimatikan.
Aku jadi berpikir kemungkinan apa yang sedang dia pikirkan. Apa dia berpikir aku jahat? Tak pengertian? Egois? Tak peka? Atau juga berpikir bahwa aku tak sungguh-sungguh mencintainya.
Mungkin ada baiknya, melalui tulisan ini kusampaikan permohonan maaf padanya. "Maaf ya, Donad?" Moga besok pagi udah baikan. Selain permintaan maaf, tak ada salahnya jika aku ucapkan terima kasih. Sebab, tanpa keresahan yang mengiringi hati, aku takkan menulis sebanyak ini. Dan membuat kantukku kembali lagi.  Hehe.

AM. Hafs
Singosari, 10-12-15

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Anda pengunjung ke

Statistikku